Translate

AlQur'an online

__________________________________________________________________ Dipersembahkan oleh finzmyale.blogspot.com Forward: http://m.alquran-indonesia.com/mquran/index.php/quran

Salam Hormat.

Salam Hormat.
[Kelak jika ayah(Encik ku)dibawah ini telah tiada,seterusnya akulah pengurus blog ini.Salamku,Raga D A].

Blogger's

Blogger's
TelagaPunggur-TanjungPinang. 25 Sep '09.Menuju Bangka Belitung kembali...

Selamat datang di blog kami.

➡️ "Salam damai mesra penuh cinta." ⬅️

Yosaldy Fin Pirdaus Z
Fin Pirdaus Z
(Aldy Rafvel Fin Z)
Cikisa Binti Said Ucin .������
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️

(ENCIK DYNASTI group)
"Que sera sera".

Entri Populer

Laman

Total Tayangan Halaman

Kamis, 19 Juni 2014

Keinginan mu tiba tiba, dan jauh kekasih di Surabaya


Dear diary....

Rinai menyelubung sebagian ufuk penjuru angin. Malam berangsur gelap ketika beberapa tetangga baru pulang dari masjid sehabis mengerjakan fardhu  Isya berjamaah.Hawa sembab kental mulai unjuk gigi walau rinai telah diubah gerimis.Namun tetap saja anak anak bintang tumbuh..memacu kilau bertabur mesra menghias awan, bergendang menabuh marawis diatas langit Rambipuji ....

10 Juni....
Keberangkatan malam ini terasa berat, tak seperti kepergian diwaktu waktu sebelumnya. Putraku satu-satunya menjadi rewel, seolah berat melepas. Sipat ini baru sekarang saja ia perlihatkan dengan begitu kental. Alasannya mau turut serta.Bisa saja diajak karena pelajaran disekolah agak lenggang dikarenakan murid siswa/wi baru saja usai dari ujian kenaikan kelas. Serba salah jika sudah begini, apalagi Adam putraku memberikan alasan yang lain lagi dengan sipat antinya, yang begitu dan yang begini.Diapun enggak memelukku saat akan pergi kerumah ibu ( Adam dititipkan disana selama aku berpergian).Kekesalan mulai berkecamuk tapi alhamdulillah dapat dikontrol baik, jiwa membathin ku hempaskan dengan air mata...

1 jam kemudian...
"Adam, koq enggak memeluk bunda?" pintaku lagi sedikit menghibur.
"Kan tadi sudah ndaaa?, saut Adam ala kadar sedikit cuek sembari menyentak sepeda kebanggaannya yang mulai lusuh  dan mengayuh dengan keras tanpa toleh, ku ikuti dan dilepas dengan mata sampai ia hilang dipertikungan seiring malam yang kian pekat.

"Hmmmm, gerangan apa nan terselubung dan yang kau rahasiakan dalam benakmu , apa yang kau risaukan Daaam..."? celoteh batin tanpa jawaban.
"Yang akan ditinggal wajah cinta sejati abadi darah dagingku, sementara yang akan ditemui adalah tempatku berpaut untuk melabuhkan segala asa yang tersandar. Dillema...

11 Juni, Surabaya, aku datang.
Patas malam membawaku dengan tenang , tegap melahap jalan raya dan melewati kota demi kota. Diluar jendela tampak rembulan tafakur bisu mengeram langit bersama anak anak bintang yang telah nakal. Tetesan sajak syahdu membelai pipi mereka.
Nun jauh, disana wajah wajah cintaku..disana putraku terlelap diasuh mimpi. Selamat bobok sayangku ...

Subuh sudah lama usai ketika kereta berhenti menambat tuas tangan di bahu terminal Bungur. Kekehadiranku di pusat kota ini dikali kesian, untuk mendampingi sang sandaran (sebut saja mas A) tuk mengikuti sebuah ajang pelatihan pengujian /diklat khusus disebuah universitas. Aku dan mas A terpisah jarak dalam 2 kota, sementara dia sendiri tinggal di pusat provinsi, sedangkan aku dipinggiran kota.Enggak sudut juga sebab kotaku sekarang adalah jalur lintas utama keseluruh arah. Meski demikian, hubungan kami terjaga dengan baik dan memiliki motto: saling menjaga, saling percaya. Susah memang bila jauh terpisah dari keluarga namun apa boleh buat, tak perduli apapun kata orang-orang dengan segala buah bibir semisal 10 kata menjadi 100 arti.Keterpisahan ini tak akan lama. Siapa yang mau berjauhan dari orang yang dicinta , dibangga disayang dan segalanya?

Kemungkinan selama 1 Minggu disini, tidak dapat berlama lama dikarenakan telah ditunggu jadwal padat dari aktivitas keseharianku sebagai seorang penata.@Red...

Minggu 15 Juni...
Peserta pelatihan satu persatu berdatangan tercatat sebagai peserta diklat. Aku dan mas A sudah sedari pagi tiba yang memilih kereta cepat dari Surabaya. Tak mengapa kepagian mengingat ruas arus lalu lintas yang masuk ke kota Malang selalu dipadati pengguna jalan sedari pagi hingga malam. Yang jam sibuklah, anak anak pulang/ masuk sekolah lah, pegawai pulang ngantor, belum lagi marka perlintasan rel kereta api.Hmmmm...

Alarm sirine berdentang pertanda para diklat harus segera memasuki ruangan.
"Pa, sudah waktunya", ingatku sambil menatap pasti ke di samping.
"Ya ma, masuk dulu ya, nanti tunggu di sana dan jangan kemana mana", angguk nya sambil menunjuk ke sebuah arah sembari jemari merengkuh pundakku.
"Jangan lupa Al- Fatiha dan berdo'a sebelum mengerjakan soalan", pesan berserta pinta pastiku.
" Beres ma, itu pasti", angguk orang  no satu ku itu dengan ciri khasnya sedikit bergegas.

Selama sang sandaran mengikuti pelatihan, aku diluar disekitaran lapak ibu ibu dan pedagang lain sesuai arahan someone ku tadi. Untuk ngisi waktu akhirnya jalur internet dibuka agar mampu merenggut kesuntukan.Entah berapa puluh kali clank clink bbm, wa, fb dan sosial network lainnya memberi ketukan namun tak begitu diperhatikan sebab lebih kepikiran dengan yang sedang ikut diklat dan kelurga dikampung halaman. Pikiranpun jadi kurang enak sejak tadi, enggak tau kenapa.Hawa panas siang inipun menanbah gerah suasana.

Tiba tiba telpon masuk disertai dengan sebuah sms, dari ibuk.
" Assalamu'alaikum, apa kabar buk"?
"Wa'alaikum salam, apiik. Sampun dahar dereeng? Lhaaa po o sms ibuk ora dibales taa endhuuk? Awak mu nangdi saikiii? Terdengar suara ibuk dari seberang tanpa memberiku kesempatan tuk bicara lebih detail dengan suara khasnya dalam logat kental ciri daerah. Ya, ibu asli Jawa . Sedangkan aku terlahir dari sebuah kota di salah  satu provinsi di Kalimantan dan menempuh habiskan masa kecil di Kota Sampit.

"Endhuuk, putramu pun saghet sakniki..." Ibuk menjelaskan dalam rinci panjang dan makna dalam, tau dengan yang dimaksudkan tapi enggak banyak yang mampu dijawab ke beliau saat itu. Hanya airmata yang kembali mampu membuatku untuk kembali terdiam bungkam.

" Daaam, inikah yang mau disampaikan ketika bunda hendak bertolak di Selasa tadi tapi tak mampu untuk diutarakan...?
"Dam, taukah dengan keadaan bunda yang tiada persiapan sama sekali atas dadakan prihal ini, naak?", desah bathin seiring isak ditengah hari...

Lamunanku tersadar setelah sapaan sebuah tepukan kecil dari seorang yang amat dikenal. Mas A datang persis dari arah samping kiri yang tak diduga sebelumnya, tak ditunjukkan baru saja menangis , apalagi tampak gurat lelah diwajahnya setelah selesai diklat. Ternyata 5 jam sudah ku terpaku disini...

15 Juni 17:17 Bbwi.
Diterminal Arjosari, mengisi waktu dengan memesan bakso asli tempatan yang sangat berasa special sebelum meneruskan perjalanan. Beberapa saat kemudian, bus kota kembali meluncur membawaku dan mas A beserta rombongan senja. Sepanjang perjalanan antara Malang - Surabaya itulah disampaikan isi percakapan telpon bersama ibu tadi pada Mas A, ku utarakan tanpa bekas setitikpun.

"Sudah kalau begitu, kita pulang. Masalah ini harus segera dilaksanakan dengan secepatnya, ini adalah permintaan langsung sebab dia sudah menginginkan," respon mas A tanpa ku duga. Hati kembali ceria mendengarnya, Alhamdulillah.
" Nanti ku akan menemui pihak terkait tuk ngajukan cuti, biarlah walau tanpa gaji, sekaligus disana bisa ngisi waktu dengan nyambi mengurus tambak," pertegas  mas A lebih lanjut penuh kesejukan.

Ringkasnya...
Setelah segala perizinan selesai,berkemas , angkat jemuran dll, malam itu juga bergegas kembali kekampung halaman. Sudah gak sabaran juga dengan sesuatu hal yang harus dijalani nanti melihat keadaan yang serba terbatas, membayangkan segala kenyataan yang nanti kan terjadi.

16 Juni 14 pagi dini hari...
Gerbang Rambipuji menyambut dengan senyum hidup penuh sensasi, tegap tak pernah mengantuk siang maupun malam, sigap menyambut kedatanganku dan mas A setelah -+ 4-5 jam menembus beberapa kabupaten, kota, pedesaan dengan beribu Rt/Rw ini.
Tergesa gesa turun kendaraan segera menuju kediaman nan sejuk penuh kedamaian.

Adam sudah terlelap akan tetapi saat mengetahui kedatangan..ia buru buru terjaga.
"Bunda maafin Adam, Adam sudah banyak membuat hati bunda susah, maafin Adam ndaa yaa"? Pinta Adam dengan mendekapku erat, jelas terlihat bening airmatanya mulai menjelajah pipi.
" Sudah, apa Adam enggak mau 2 tahun lagi sesuai target bunda dengan segala perencanaan yang telah disetujui keluarga? Pintaku kembali membujuk.
" Enggak ndaa, Adam mau besok saja", pinta nya pasti dan yakin.
" Ya sudah kalau gitu, sekarang bobok agar besok bangun cepat dan ditemani papa ke klinic", himbauku pada Adam sambil menuntunnya ke tempat tidur.

10 menit kemudian putra kecilku sudah berpeluk mimpi, pulas menghias relung dan kelopak matanya. Puas kalau keinginannya akan segera terwujud. 
Selamat tidur ananda...

Perundingan kecil singkat dalam keluargapun dimulai walau ngantuk sudah menggayang berat.Ini tidak bisa ditunda mengingat waktu telah mendesak dan tinggal dalam hitungan jam.
" Sudah jangan bingung, ibu akan membantumu ", hibur ibu menguatkan saat melihatku mulai mengambang dalam tatapan menerawang kosong kedepan tak ubahnya seperti rembulan melamun diolok mendung.

Pagi pagi Adam berangkat bersama mas A menuju tempat specialis yang telah dihubungi pada sebelumnya via telepon. Sementara dirumah aku berkemas, mempersiapkan segala sesuatunya dengan sebaik mungkin meski dalam keadaan yang kurang sehat dan serba darurt. 3 jam kemudian terdengar suara motor memasuki pekarangan. Belum sempat melongoh keluar tapi tiba tiba suara panggilan menghadangku;

"Bundaaaa, Adam sudah sunaaat", jerit Adam dari jauh dengan tergopoh dan berjalan tertatih dengan menggenggam sarung bagian atas dengan mendorongnya kedepan.
"Adaaam", jawabku penuh haru.
" Jangan lari Daam", sergahku cepat  menahan tangis bahagia saat melihat Adam ingin mempercepat langkahnya kearahku.
"Jalan santai saja", pintaku lagi sembari menjemputnya kedepan pintu sambil merenggkuh pundaknya, mengawal ia berjalan ke ruang tengah tuk duduk sementara di kursi panjang.

Segelas air disuguhkan buat putraku, keringatnya menetes sedikit pucat sesekali meringis, kemungkinan obat bius nya sdh mulai menyusut yang membuat kebas perlahan hilang.Tapi jelas gurat pipinya bersemangat.
Wajahnya kutatap masih dengan sedkit isakku bercampur flu sembari menyeka keringat dinginnya.

"Daam, bunda bangga telah menuruti permintaanmu nak walau dengan biaya yang seadanya, kita enggak besar besaran seperti temanmu kebanyakan. Biarlah sesederhana mungkin , yang jelas  mengadakan do'a selamat dengan segelas air dan sesisir pisang.jelasnya lagi bahwa "wajibnya" sudah dilaksakan", bathin hatiku.

"Nanti walau khitan mu sudah selesai hari ini tapi jika apa yang direncanakan sudah pas waktunya maka bunda akan tetap merayakannya , mengadakan pagelaran wayang tukmu. Do'akan bunda dan papa di berikan oleh Allah Swt umur panjang dan sehat wal a'fiat agar dapat menyelenggarakannya", harap pastiku merayu dan menghibur hati.

" Ananda Adam, inikah yang mau kau ceritakan sehingga berusaha menghalangi keberangkatan bunda ke Surabaya di 10 Juni tadi nak?", Kembali  bathin ini bertanya sembari menelusuri wajah putraku satu satunya, buah hati tercinta....

Lalu Ku buka Kitab Suci yang tadi baru saja dibaca dan diulang kembali:

QS Al Hajj : 78.

حَرَجٍ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ

Ikutilah agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan begitu pula dalam (Al quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia.


Kemudian membuka pula hadits Nabi besar Muhammad Saw yang berbunyi:

Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu'aib bin Abu Hamzah telah menceritakan kepada kami Abu Az Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: (Nabi) Ibrahim berkhitan setelah berusia delapan puluh tahun dan beliau khitan dengan menggunakan kampak. Abu Abdullah berkata; telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan kepada kami Al Mughirah dari Abu Az Zinad. Dan perkataanya di Qaddum denganmenggunakan tasydid (dalnya), maksudnya suatu tempat (di Halb atau Aleppo).
(H R Bukhari bab 59 no:66/5824).

Hadits selanjutnya yang ku cermati yang tak kalah menari, yaitu;

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ حَدَّثَنَا ابْنُ شِهَابٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الْفِطْرَةُ خَمْسٌ الْخِتَانُ وَالِاسْتِحْدَادُ وَقَصُّ الشَّارِبِ وَتَقْلِيمُ الْأَظْفَارِ وَنَتْفُ الْآبَاطِ

Hadits sahih Bukhari 57.105/5441.
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa'd telah menceritakan kepada kami Ibnu Syihab dari Sa'id bin Musayyab dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu saya mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sunnah-sunnah fitrah itu ada lima, yaitu; berkhitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kumis, memotong kuku dan mencabut bulu ketiak."


Ku telaah lagi bagian bagian penting dalam Qs Al-Hajj ayat 78, ternyata ditegaskakan Allah Swt bahwa Nabi Ibrahim As adalah seorang Muslim  (berserah diri).Lalu pada hadits Nabi Saw di Sahih Bukhari bab 59 no 66/5843 sebutkan bahwa Nabi Ibrahim As khitan saat umur 80 tahun.Selanjutnya pula bahwa sunat adalah bagian dari fitrah manusia seperti isi hadits sahih bukhari no 57.105.541. Maka dapatlah ku tau pasti akan bagaimana awal usul sunat/khitan dari dalil dalil yang pasti  sesuai petunjuk Al Qur'an dan pedoman hadits hadits sakhih.
Islam memang indah..


" Adaaaam, ternyata ayat suci diatas beserta hadits itu telah lama kau baca meski dirimu kini diusia kanak kanak  bermain", tangisku kembali berderai seiring jatuhnya air mata.

" Selamat khitan ananda, jadi anak soleh, mengabdi pada kedua orang tua, berguna bagi agama nusa dan bangsa"
Aamiin.

Rambipuji, 16 Juni 2014.
Sumber W A.
________________



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Arsip Blog