Translate

AlQur'an online

__________________________________________________________________ Dipersembahkan oleh finzmyale.blogspot.com Forward: http://m.alquran-indonesia.com/mquran/index.php/quran

Salam Hormat.

Salam Hormat.
[Kelak jika ayah(Encik ku)dibawah ini telah tiada,seterusnya akulah pengurus blog ini.Salamku,Raga D A].

Blogger's

Blogger's
TelagaPunggur-TanjungPinang. 25 Sep '09.Menuju Bangka Belitung kembali...

Selamat datang di blog kami.

➡️ "Salam damai mesra penuh cinta." ⬅️

Yosaldy Fin Pirdaus Z
Fin Pirdaus Z
(Aldy Rafvel Fin Z)
Cikisa Binti Said Ucin .������
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️

(ENCIK DYNASTI group)
"Que sera sera".

Entri Populer

Laman

Total Tayangan Halaman

Jumat, 16 September 2011

Gunung Meparik dan Laut Jerangkat.

Secolet info.

"Gunung" kecil mungil tanpa kawah ini terletak di Kelurahan Sungai Buluh,tepatnya berada disebelah barat desa Pebuar yang berjarak -+ 15 km dari kecamatan Jebus.
Di era 90 - an meski dengan jalan setapak taklah membuat sukar jika ingin sampai disana.Disekitar awal thn 2000,roda enam leluasa menembus pantai atas bantuan pemerintah daerah (IDT).Disebelah gunung kecil ini akan terlihat pemandangan takjub yaitu terpampang luas laut Bembang(Aek Asem,Pengkal Derus dll) dan Tanjunggenteng dengan teramat elok yang setiap minggunya ramai dikunjungi warga sekitar.
Dari Tanjunggenteng(sebelah pantai Bembang)ini,akan dapat pula menyaksikan berdiri kokohnya gunung Menumbing di kecamatan Mentok.Sedangkan dari arah Selatan,mata akan disuguhkan oleh panorama hijau hutan anak gunung Penyabung yang membentengi laut Jerangkat.

Laut Jerangkat dan gunung Penyabung tak kalah menarik dibanding Bembang atau Tanjunggenteng.Ke pantai ini bisa ditempuh dengan perjalanan laut dari Sungai Buluh ataw Bembang sendiri dengan menyewa perahu nelayan,maupun via darat.
Laut serta hutan hijau ini terbagi dalam wilayah kelurahan Ketap.Tempat ini berjarak sekitar 22 - 23 km dari kecamatan Jebus.
Sebelum sampai ke Jerangkat,mata akan disuguhkan oleh rupawannya bukit Memanek dan pula bukit Pasukan.Dibukit Pasukan ini(konon)warga sekitar pernah bertemu dengan babi putih pembawa lonceng atau rantai.Menurut kisah dari mulut kemulut,jika mendapatkan loceng/rantai tersebut maka si pemakai akan kebal terhadap sajam.

Kembali ke gunung Meparik.
Meparik kini telah terlihat subur kembali setelah berbalas tahun silam hutan ini menjadi tempat pabrik penggergajian kayu.
Segala hewan dulunya pernah menjadi penghuni rimba ini kecuali harimau.Namun seiring waktu,semua kesan ini menghilang bahkan satwa satwa disini ini kini terancam puna!Kedepannya bermungkinan tanpa jejak!Hmm...
Mengapa harimau tak pernah ada di Meparik atau berada di Bangka Belitung?Tak lain,di Meparik dan gunung Mares terdapat kayu tas asli yang teramat ditakuti si raja hutan.

Kisah kisah dari mulut kemulut banyak terbersit dari gunung ini,antara lain:
1.Jika ada yang tersesat maka tak akan kembali/ditemukan kembali.
2.Ada kerajaan mahluk halus.
3.Adanya seekor naga tunggal yang pernah disaksikan tetua/petani setempat.
Konon naga tersebut berwarna merah,melompat bebas dari puncak Meparik menyelam lautan Bembang menuju laut Jerangkat.

Terlepas benar atau tidaknya tapi dapat dipetik hikmah,bahwa para tetua dahulu memberi pelajaran "PKK"pada anak anaknya agar jangan terlalu jauh berenang dilaut dan jangan menggangu hutan ataw merusak komunitas dengan segala keberadaannya agar bumi ini tetap asri abadi dan menghijau sepanjang zaman....


Waallahua'klam.
Salam

Setan setan masa "puber"

Kian pesat setan beranak pinak
Rakus merayu kiri kanan
Meluluh lantak,menyergap di gelap terang
Tak pandang buluh orang lalu lalang
Kau sambar...
Meminta ikut,meminta turut
Bersungut senyum manis kau lenggak lenggok
Menyikut,merekrut insan insan lemah
Berbuat nista..

Setan,memang namamu setan
Setan hitam ,setan belang, setan
Penentang kebenaran
Setan sinting
Setan otak miring
Mau jadi apa besar nanti?
Pemerakarsa kebatilan

Kamis, 15 September 2011

Hujan di Batam Centre

Hujan di Batam Center
Mengingatkan aku pada casper
Hujan berbutir butir
Mengingatkan aku pada mas Per Per
Dibenak tercatat si Huma
Hadir gajah kecil Bona penghisap air
Paman Sam bijaksana
Dan Kuncung datang berpayung...

Hujan di Batam Centre
Teringat aku dibawah karang
kuda laut,kuda nil bertemu lokan
Apa kabar Deni manusia ikan?

Tubuh menggigigl melamun
Dimana dirimu Kum Kum
Bermain hujankah ditengah belukar
Masihkan berambut tebal bersisir tampar?

Butir air deras bergelayut
Membawa lagu Boni gendut gendut
Orang baik berpipi tembem, kalem

Apa kabar dirimu semua
Pastilah tambah dewasa

Rabu, 14 September 2011

Sekuntum Senyum Kepada Tuhan

Tuhan...
Dibatas hari,disini aku
Dibawah kerangka awan
Dibawah kaki tangan bintang rembulan
Dan dalam pelukan matahari
Menanti pesta purnama bersulang...

Tiada keluh mata kaki merangkak
Memapah badan bertatih
Bersaksi detak nadi usang
Sebelum bayang bayang tercelup malam
Bersama tulang empat ruas
Digaris jalan jejak jejak manusia pilihan...

Tuhan...
Meliuk tubuh mendaki duka
Mencari sisa sisa suka bersembunyi
Dalam 10 jemari terlayar,pinta hamba...
Kupersembahkan Kepad-MU
Ku lantumkan Kepada-MU
Seiring sekuntum tampuk senyuman cinta
Dalam asa nan tak tamat
Dari lembar lembar gurat
Selalu berniat hajat kepada-MU
Sebelum diri dihantar pelayat
Berebah miring di dinding lahat...

Tuhan...
Janganlah ENGKAU marah padaku
Janganlah DIKAU menghukum aku
Aku tak pergi,kan tetap disini
Bersama-MU
Hingga undangan kebangkitanku...

Tuhan..
Dalam takbirathul ikhrom
Aku menyerah takluk tunduk kepada-MU

Aamiin.

Sabtu, 10 September 2011

Bujang Budu Dara Bengel ( Lain versi )

Pernah mendengar sebuah tempat yang bernama Bujang Budu? Di negri tercinta ini banyak daerah daerah yang nama desa atau kabupatennya didapat dari sebuah legenda , semisal Banyuasin di Palembang, Banyuwangi Jawa Tengah, kota Kudus - Watu Ulo - Surabaya ( suro boyo) di Jawa Timur, Tangkuban Perahunya Jawa Barat, dan banyak lagi !

Hutan Bujang Budu yang lebat dari arah Parittiga.


Kisah Bujang Budu memang tak sedahsyat nama nama kota penting di Indonesia yang juga mendunia seperti yang disebutkan diatas, Bujang Budu hanya sebatas mendaerah saja atau cerita rakyat lokal tapi tertera pada denah kecamatan.

Bujang Budu, Dara Bengel ...
Kisah dua bersaudara makan bubur yang masih panas ( belum diangkat dari kenceng/ periuk) walau sudah masak dengan api yang masih menyala) karena tidak kuat menahan lapar. Saking panasnya maka si tertua ( Bujang Budu) segera memutuskan untuk mandi ke pematang yang letaknya persis dibelakang dangau mereka. Meski telah mencelupkan diri akan tetapi rasa suhu badan tidak berkurang, malah kian menjadi. Bukan hanya Dara Bengel tapi ikan dan segala yang hidup dalam air pemandian itu tersebut ikut menikmati rasa gelombang panas. Udang salah satunya yang terkena imbas, makanya disinilah awal cerita yang menyebabkan udang itu  menjadi bungkuk dan bewarna sedikit kemerahan dikarenakan tidak tahan.

Dan si adik ( Dara Bengel ) langsung berlari, lalu memeluk batang pisang. Pohon pisangpun tidak sanggup menahan hawa panas yang ditempeli oleh Dara Bengel, pohon pisang yang sedang berbuah itupun langsung lunglay. Dara Bengel beralih ke pisang yang lain akan tetapi setiap pohon pisang yang ia peluk semuanya pada kepanasan, mengering dan mati. Itulah sebabnya ada pisang yang kulit buahnya berwarna kemerahan saat masih muda ( belum masak ). Kalau tak salah namanya pisang udang.

Batu Bujang Budu sekarang ada disekitaran aek Kekalay pada bagian hilir dari aek Limeng), akan tetapi bagian pada bagian lengan sudah hilang. Konon menurut cerita rakyat sekitar, bagian tangan itu hilang dikarenakan ada seseorang yang sedang mandi disana, bapak/mamang tersebut terkejud melihat batu yang menyerupai bentuk manusia dan dikiranya ada orang yang mau berbuat jahat kepadanya. Lantas ia menarik parang dan memukul batu tersebut dengan bagian belakang sajam. Batu itu tidak sembarang dapat diketemukan kecuali pas ada yg tersesat. Bertemunya pun harus barengi dengan hujan panas ( konon ).

Pernah batu itu "diketemukan" oleh bung Dani ( Mukmin K), Har, Sali, Zulkarnain (alm) dkk yang sengaja mencari cari keberadaan "situs Bujang Budu, Dara Bengel". Cukup kreatif juga pemuda pemuda tempatan ini, memiliki sifat ingin tau yang sangat tinggi. Saat "menjelajah", mereka memang dihadang oleh hujan panas dan menemukan sebuah batu. Entahlah, apakah itu batu Bujang Budu asli atau tumpukan batu batu yang lain, lalu mereka abadikan. Anehnya saat negative film dicuci maka yang hanya tampak hanyalah poto poto berupa malam hari non bintang ( terbakar: kata orang orang bilang ). 😛

Mengenai Dara Bengel tidak ada tanda tanda yg menyerupai batu atau bentuk lain, bagian hikayatnya hanya sebatas memeluk pohon pisang saja, tiada bekas.

Entah dimana kini dirimu oh Dara Bengel ...

Jadi itulah sebabnya daerah tersebut dinamakan Bujang Budu oleh warga sekitar terutama dari kampung Mislak, mengapa? Tak lain Bahwa seorang yang bujang ( sebutan untuk anak laki laki, bisa pula nama panggilan dan nama asli maupun inisial) yang akhirnya menjadi teledor atau tergesa gesa saat akan makan maupun bertindak, akhirnya menjadi seorang yang budu ( bodoh ). 

Tidak tau persis sejak kapan nama tempat ini dipopulerkan, namun sejak kami sadar menjadi bagian dari salah satu warga kampung ini, nama Bujang Budu ini sudah ada sejak zaman nenek moyang dikejar lanun.

Ini sebuah "legenda khusus", cerita rakyat yang disampaikan dari mulut kemulut sebelum tidur ( orang rua beande ande). Bisa pula bagian dari kisah nyata untuk mengingatkan sebuah "moment".

Jika tak ada hikayat Bujang Budu maka "TKP" Ini bisa saja bernama tikung patah sebab ada sebuah belokan tajam disana. Andai tiada cerita Dara Bengel maka bisa pula tempat ini bernama arung, dikarenakan disana ada jurang yang lumayan dalam dan entah sudah beberapa kendaraan khususnya roda 4 yang terjun bebas kesana tanpa permisi. 
Bisa bernama bulu tali sebeb terdapat bambu rimbun subur yang dapat dijadikan pagar hias.
Hmmm ...dapat pula dapat bernama buah buahan segar sebab disekitar sanapun ( bukit) terdapat "peristirahatan terakhir" warga bernama perkuburah Belimbing...

Hikmah dari cerita ini agar: tidak terburu buru, tergesa gesa dalam menyikapi/ menindak lanjuti/ melaksanakan/ menjalani sebuah hal dan tindakan walau dalam keadaan urgent sekalipun termasuk: LAPAR.
Akhirnya, makan susah..tak makanpun payah.

Bagaimana dengan cerita yang anda terima dan bahaimana versi anda?
____________________
•Aek : air
•Bujang : panggilan anak laki-laki, nama.
•Budu : bodoh
•Dara : Daray: panggilan/ sebutan anak perempuan.
•Bengel: bodoh.
____________________

Berbelas tahun kemudian@red...

Begitu penulis pulang kampung dari tanah perantauan pada Juli 2015 tadi ( nuansa Romadhon-I'dhul fitri), Bujang Budu ini telah menjelma menjadi area perkebunan buah naga milik pak haji Rusdi A salah seorang pemuka/ tokoh warga setempat yang sangat dikenal dan disegani, 
yang juga seorang pengusaha, mantan karyawan UPTB bagian ukur. 

Disanapun terdapat kolam pemancingan ikan milik beliau dan rumah penduduk. Pada bagian sebelah barat ( arah kiri dari kota Pangkalpinang & Mentok), telah dibuka jalan tanah merah yang langsung terhubung ke Bukit Pajak - SD negri 6 desa Mislak kecamatan Jebus, dapat langsung menuju kampung Kerang dan desa Sungai Buluh via Pelempang putih dengan roda 2 maupun roda 6 yang seterusnya tanpa kendala untuk melanjutkan perjalanan menuju Bukit Kepurung, aek Medang, Rimbakpasir, Unar , Pebuar, kaki Meparik dan tentunya ke Bembang. ( Aek Bira, Pengkal Jemban, Aek Asem, Pengkal Derus dan Tanjung Genteng). Bukan main !


Penulis 2x menelusuri jalan tersebut pada  puasa akhir di 1436 H sebelum berbuka puasa menyongsong datangnya adzan Maghrib bersama rasa rindu yang tak pernah usai sebelum kembali ketanah rantau ...



Sabtu, 03 September 2011

Bangka ku,aku rindu.

Disana kau duduk manja
Terukir mesra dipipi atlas biru hijau
Menyanding niur melambai
Berpagar Mangkol,Menumbing,Jerangkat Mares,Meparik
Bertaman samudra laut Cina Selatan
Bertahta pusaka Sepintu Sedulang....

Disana aku bermain setal,menyebuh setabal
Berperang buah rambai,berbaju rumbai rumbai
Menari bilun,menandak caklingking sebelah kaki
Memetik tampui berangan,buah ridan kelubi
Memutar gasing ditengah laman ,memukul ela
Menyusur beting, menyelam kimak teritip tiram lokan

Senang...
Tak habis terpikir tiada akhir kenang
Walau setengah badan telahpun hilang
Rindu...
Meskipun usia semisal sewindu
Terbayang...
Biarpun bayang bayang ditanah orang

Duhai pulauku berdiam handai taulan
Tiada jenuh hati ,tak jemu mencinta
Aku merindu dalam siang berterus subuh
Dan nanti pasti ku pulang
Nantikan aku ditanah lapang panjang
Jemput aku di Tanjunggudang.....



-Rantau, Kepulaun Riau :03 September 2011
03 Syawal 1432 H-.

Bilur sendi rindu

Melesat awan,kusam memucat
Anak anak bintang belajar terbang
Langit senyum simpul,bertepuk tangan
Mendung mengundur diri,pulang kandang
Dan burung senja tiada desah
Punggukpun entah dihutan mana
Sepi....

Secari goresan dikulum angin
Terbang menyusur ilang,tanah dan rerumputan
Bertulis dalam tinta biru tanpa tanda tangan
Terukir kata kerinduan.....

Suratku
Apa yang kau tanya pada malam?
Jangan usik gelap yang sedang terlena
Jangan ganggu malam yang telah tertidur
Dan jangan bergurau

Suratku
Kemana kau melayang
Keselatan atawkah kelubuk lautan?
Bila kau kekutub Utara...
Sampaikan salamku pada kembang kembang salju
Ceritakan tentang bunga bunga rindu
Dan tentang resah malamku...

Kau bintang,okh malam dan kau awan
Selamat malam.....

Suratku

Melesat awan,kusam memucat
Anak anak bintang belajar terbang
Langit senyum simpul,bertepuk tangan
Mendung mengundur diri,pulang kandang
Dan burung senja tiada desah
Punggukpun entah dihutan mana
Sepi....

Secari goresan dikulum angin
Terbang menyusur ilang,tanah dan rerumputan
Bertulis dalam tinta biru tanpa tanda tangan
Terukir kata kerinduan.....

Suratku
Apa yang kau tanya pada malam?
Jangan usik gelap yang sedang terlena
Jangan ganggu malam yang telah tertidur
Dan jangan bergurau

Suratku
Kemana kau melayang
Keselatan atawkah kelubuk lautan?
Bila kau kekutub Utara...
Sampaikan salamku pada kembang kembang salju
Ceritakan tentang bunga bunga rindu
Dan tentang resah malamku...

Kau bintang,okh malam dan kau awan
Selamat malam.....

Pengikut