Translate
AlQur'an online
Salam Hormat.
Selamat datang di blog kami.
Yosaldy Fin Pirdaus Z
Fin Pirdaus Z
(Aldy Rafvel Fin Z)
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
(ENCIK DYNASTI group)
"Que sera sera".
Entri Populer
-
Di seluruh belahan dunia manapun,bila Islam maka pasti ia memiliki Kitab Suci ini apapun bentuknya,tipis maupun tebal. Dari zaman Rasulullah...
-
Bank BRI akan mengeluarkan kartu mirip ATM untuk pembelian BBM solar menggantikan kartu pengawasan atau kartu survei bersubsidi yang selama ...
-
Dari Buletin Jum'at, media informasi dan komunikasi umat. Oleh Ustadz Sigit Pranowo Lc Assalamu'alaikum warohmatullahi w...
-
Osama yang seorang Usamah bin Muhammad Ladin,konon kini telah terkubur didalam samudra,dilautan negri antah berantah ! Akan tetapi,dimanapun...
-
Secolet info. "Gunung" kecil mungil tanpa kawah ini terletak di Kelurahan Sungai Buluh,tepatnya berada disebelah barat desa Pebuar...
-
Persamaan dan Perbedaan Kitab dan Suhuf, Kitab dan suhuf sama-sama merupakan wahyu dari Allah Swt yang disampaikan kepada para rasul-Nya unt...
-
Pernah mendengar sebuah tempat yang bernama Bujang Budu? Di negri tercinta ini banyak daerah daerah yang nama desa atau kabupatennya didap...
-
Ketika tanda tanya berkalang tuntut. Seraut wajah tumbuh kala fajar memutar pariwara pagi itu. Bibit hati terungkap tanpa komisi pencari per...
-
Gerimis Desember 2006 terus saja mengguyur pulau ini sedari kemarin malam hingga sore ini. Aneh memang,walau pasukan mendung gelap pekat te...
-
Kembang brokoli bukan kubis Jatuh setangkai di sepah ular Dibilang berkali kali dengan nangis Itu unggah selular bukan seluar. Jauh sudah sa...
Laman
Total Tayangan Halaman
Lencana Facebook
pirdauszmyale.akek_antak.blogger
Selasa, 29 Desember 2015
Dari rimbun Pelempang Putih
Senin, 23 November 2015
Wali songo utusan Khalifah
Jumlah dai yang diutus ini tidak hanya sembilan (Songo). Bahkan ada 6 angkatan yang dikirimkan, masing-masing jumlanya sekitar sembilan orang. (Versi lain mengatakan 7 bahkan 10 angkatan karena dilanjutkan oleh anak / keturunannya)
Para Wali ini datang dimulai dari Maulana Malik Ibrahim, asli Turki. Beliau ini ahli politik & irigasi, wafat di Gresik.
- Maulana Malik Ibrahim ini menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara.
- Seangkatan dengan beliau ada 2 wali dari Palestina yg berdakwah di Banten; salah satunya Maulana Hasanudin, beliau kakek Sultan Ageng Tirtayasa.
- Juga Sultan Aliyudin, beliau dari Palestina dan tinggal di Banten. Jadi masyarakat Banten punya hubungan darah & ideologi dg Palestina.
- Juga Syaikh Ja'far Shadiq & Syarif Hidayatullah; dikenal disini sebagai Sunan Kudus & Sunan Gunung Jati; mereka berdua dari Palestina.
- Maka jangan heran, Sunan Kudus mendirikan Kota dengan nama Kudus, mengambil nama Al-Quds (Jerusalem) & Masjid al-Aqsha di dalamnya.
(Sumber Muhammad Jazir, seorang budayawan & sejarawan Jawa , Pak Muhammad Jazir ini juga penasehat Sultan Hamengkubuwono X).
Adapun menurut Berita yang tertulis di dalam kitab Kanzul ‘Hum karya Ibnul Bathuthah, yang kemudiah dilanjutkan oleh Syekh Maulana Al Maghribi.
Sultan Muhammad I itu membentuk tim beranggotakan 9 orang untuk diberangkatkan ke pulau Jawa dimulai pada tahun 1404. Tim tersebut diketuai oleh Maulana Malik Ibrahim yang merupakan ahli mengatur negara dari Turki.
Wali Songo Angkatan Ke-1, tahun 1404 M/808 H. Terdiri dari:
1. Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki, ahli mengatur negara.
2. Maulana Ishaq, berasal dari Samarkand, Rusia Selatan, ahli pengobatan.
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, dari Mesir.
4. Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko.
5. Maulana Malik Isro’il, dari Turki, ahli mengatur negara.
6. Maulana Muhammad Ali Akbar, dari Persia (Iran), ahli pengobatan.
7. Maulana Hasanudin, dari Palestina.
8. Maulana Aliyudin, dari Palestina.
9. Syekh Subakir, dari Iran, Ahli ruqyah.
Wali Songo Angkatan ke-2, tahun 1436 M, terdiri dari :
1. Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan
2. Maulana Ishaq, asal Samarqand, Rusia Selatan
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, asal Mesir
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi, asal Maroko
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Maulana Hasanuddin, asal Palestina
8. Maulana 'Aliyuddin, asal Palestina
9. Syekh Subakir, asal Persia Iran.
Wali Songo Angkatan ke-3, 1463 M, terdiri dari:
1. Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan
2. Sunan Giri, asal Belambangan,Ban
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, asal Mesir
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi, asal Maroko
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim
Wali Songo Angkatan ke-4,1473 M, terdiri dari :
1. Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan
2. Sunan Giri, asal Belambangan,Ban
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim.
Wali Songo Angkatan ke-5,1478 M, terdiri dari :
1. Sunan Giri, asal Belambangan,Ban
2. Sunan Muria, asal Gunung Muria, Jawa Tengah
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Syaikh Siti Jenar, asal Persia, Iran
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim.
Wali Songo Angkatan ke-6,1479 M, terdiri dari :
1. Sunan Giri, asal Belambangan,Ban
2. Sunan Muria, asal Gunung Muria, Jawa Tengah
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Tembayat, asal Pandanarang
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim.
Syamsul Arifin, berbagai sumber
SELAMATKAN GENERASI MUSLIM DARI PEMBODOHAN DAN KEBOHONGAN SEJARAH !!!
Sebelum kita mengenal beberapa teori tentang penyebaran Islam di Nusantara, perlu di perhatikan bahwa Politik Luar Negeri Negara Khilafah terdiri dari dua; Da’wah dan Jihad. Awalnya negeri yang di targetkan akan di beri da’wah, ketika menerima maka tidak ada perang di sana.
Namun, ketika menolak, maka akan terjadi Jihad dan Futuhat (Pembebasan). Dua hal ini adalah politik Luar Negeri, dimana di setiap perkembangan akan di sampaikan kepada Khalifah. Itu pula yang terjadi di Indonesia. Jika penyebaran Islam di lakukan oleh pedagang semata, bukan Da’i atau utusan, maka apakah akan ada laporan kepada Khalifah? Lalu, apakah penyebaran lewat jalur perdagangan merupakan Politik Luar Negeri? Apakah penyebaran Islam dengan jalur perdagangan hanya propaganda untuk menutupi bahwa Nusantara pernah menjadi fokus Da’wah Islam dan menjadi bagian dari Khilafah?
Dari teori Islamisasi oleh Arab dan China, Hamka dalam bukunya Sejarah Umat Islam Indonesia, mengaitkan dua teori Islamisasi tersebut. Islam datang ke Indonesia pada abad ke-7 Masehi. Penyebarannya pun bukan dilakukan oleh para pedagang dari Persia atau India, melainkan dari Arab. Sumber versi ini banyak ditemukan dalam literatur-liter
Menurut buku ini, orang-orang Ta Shih, sebutan bagi orang-orang Arab, pernah mengadakan kunjungan diplomatik ke China pada tahun 651 Masehi atau 31 Hijriah.
Empat tahun kemudian, dinasti yang sama menerima delegasi dari Tan Mi Mo Ni’, sebutan untuk Amirul Mukminin. Selanjutnya, buku itu menyebutkan, bahwa delegasi Tan Mi Mo Ni’ itu merupakan utusan yang dikirim oleh khalifah yang ketiga. Ini berarti bahwa Amirul Mukminin yang dimaksud adalah Khalifah Utsman bin Affan.
Pada masa berikutnya, delegasi-delega
Bahkan pada pertengahan abad ke-7 Masehi, sudah terdapat perkampungan-pe
Sumber tentang versi ini juga dapat diperoleh dari catatan-catatan
Beberapa catatan lain menyebutkan, delegasi-delega
Kunjungan ini dikisahkan oleh Ibnu Abd al-Rabbih, ia menyebutkan bahwa sejak tahun 100 hijriah atau 718 Masehi, sudah terjalin hubungan diplomatik yang cukup baik antara Raja Sriwijaya, Sri Indravarman dengan Khalifah Umar Ibnu Abdul Aziz.
Lebih jauh, dalam literatur China itu disebutkan bahwa perjalanan para delegasi itu tidak hanya terbatas di Sumatera saja, tetapi sampai pula ke daerah-daerah di Pulau Jawa.
Pada tahun 674-675 Masehi, orang-orang Ta Shi (Arab) yang dikirim ke China itu meneruskan perjalanan ke Pulau Jawa. Menurut sumber ini, mereka berkunjung untuk mengadakan pengamatan terhadap Ratu Shima, penguasa Kerajaan Kalingga, yang terkenal sangat adil itu.
Pada periode berikutnya, proses Islamisasi di Jawa dilanjutkan oleh Wali Songo. Mereka adalah para muballig yang paling berjasa dalam mengislamkan masyarakat Jawa. Dalam Babad Tanah Djawi disebutkan, para Wali Songo itu masing-masing memiliki tugas untuk menyebarkan Islam ke seluruh pelosok Jawa melalui tiga wilayah penting.
Wilayah pertama adalah, Surabaya, Gresik, dan Lamongan di Jawa Timur. Wilayah kedua adalah, Demak, Kudus, dan Muria di Jawa Tengah. Dan wilayah ketiga adalah, Cirebon di Jawa Barat. Dalam berdakwah, para Wali Songo itu menggunakan jalur-jalur tradisi yang sudah dikenal oleh orang-orang Indonesia kuno. Yakni melekatkan nilai-nilai Islam pada praktik dan kebiasaan tradisi setempat.
Dengan demikian, tampak bahwa ajaran Islam sangat luwes, mudah dan memenuhi kebutuhan masyarakat Jawa.
Selain berdakwah dengan tradisi, para Wali Songo itu juga mendirikan pesantren-pesan
Pesantren Ampel Denta dan Giri Kedanton, adalah dua lembaga pendidikan yang paling penting di masa itu. Bahkan dalam pesantren Giri di Gresik, Jawa Timur itu, Sunan Giri telah berhasil mendidik ribuan santri yang kemudian dikirim ke beberapa daerah di Nusa Tenggara dan wilayah Indonesia Timur lainnya.
Penjajah Belanda Menghapuskan Jejak Khilafah.
Pada masa penjajahan, Belanda berupaya menghapuskan penerapan syariah Islam oleh hampir seluruh kesultanan Islam di Indonesia. Salah satu langkah penting yang dilakukan Belanda adalah menyusupkan pemikiran dan politik sekular melalui Snouck Hurgronye. Dia menyatakan dengan tegas bahwa musuh kolonialisme bukanlah Islam sebagai agama.
Dari pandangan Snouck tersebut penjajah Belanda kemudian berupaya melemahkan dan menghancurkan Islam dengan 3 cara.
Pertama: memberangus politik dan institusi politik/
Kedua: melalui kerjasama raja/sultan dengan penjajah Belanda. Hal ini tampak di Kerajaan Islam Demak.
Pelaksanaan syariah Islam bergantung pada sikap sultannya. Di Kerajaan Mataram, misalnya, penerapan Islam mulai menurun sejak Kerajaan Mataram dipimpin Amangkurat I yang bekerjasama dengan Belanda.
Ketiga: dengan menyebar para orientalis yang dipelihara oleh pemerintah penjajah. Pemerintah Belanda membuat Kantoor voor Inlandsche zaken yang lebih terkenal dengan kantor agama (penasihat pemerintah dalam masalah pribumi). Kantor ini bertugas membuat ordonansi (UU) yang mengebiri dan menghancurkan Islam. Salah satu pimpinannya adalah Snouck Hurgronye.
Dikeluarkanlah:
Demikianlah, syariah Islam mulai diganti oleh penjajah Belanda dengan hukum-hukum sekular. Hukum-hukum sekular ini terus berlangsung hingga sekarang. Walhasil, tidak salah jika dikatakan bahwa hukum-hukum yang berlaku di negeri ini saat ini merupakan warisan dari penjajah; sesuatu yang justru seharusnya dienyahkan oleh kaum Muslim, sebagaimana mereka dulu berhasil mengenyahkan sang penjajah: Belanda
Minggu, 15 November 2015
Ketika Paris Menangis
Kamis, 12 November 2015
Fitnah seakan adanya kaum Wahai
🌍 CATATAN MENGENAI FITNAH INGGRIS DAN SYI'AH AKAN SEAKAN ADANYA KAUM WAHABI
Bismillah.
Dengan hormat.
Semoga menjadi rahmat.
Maaf, menyikapi perkembangan beberapa tahun ini, sampai tahun 1437/2015 ini, sungguh sayang sekali, salah satu kaum dan orang tersesat dan mungkin tertolol, bahkan terjahat dalam Islam atau dunia lain, adalah yang sampai benar-benar percaya bahwa golongan 'Wahabi' atau 'Wahhabi' itu benar-benar ada.
Padahal ini HANYALAH kesalahan-sebut kaum Inggris terhadap para murid dari mendiang ustadz, bernama:
Syaikh (tuan guru) MUHAMMAD bin 'Abdul Wahhab AT TAMIMI - Allah yaa Arhamu - dari Arabia Tengah (Saudi kini) yang terlanjur populer atau dipropagandakan saja. Dan kemudian ini dimanfaatkan Syi'ah untuk mengadu-domba.
Nama beliau, tentu saja adalah "Muhammad", dan bukannya "'Abdul Wahhab" atau bahkan "Wahhab".
Jadi nama sebenarnya, adalah "Muhammad At Tamimi". Alias bapak "Muhammad", dari keluarga/kabilah atau suku Arab "At Tamimi".
Dan keluarga "At Tamimi" ini sendiri banyak jumlahnya, di Nusantara RI, di Yaman, di Saudi, dll., serta in syaa Allah adalah keturunan keluarga "Bani Tamim" yang dihormati sejak dari masa Rosululloh shollollohu 'alaihi wasallam.
Nama "'Abdul Wahhab" yang diplesetkan ke - seakan "Wahhabi" itu - sendiri adalah nama AYAHNYA.
Dan nama "Wahhab" atau "Al Wahhab" sendiri adalah NAMA dari ALLAH (ASMAUL HUSNA).
"Al Wahhab" bukanlah namanya atau bapaknya, yakni yang - sekali lagi - adalah bernama 'Abdul Wahhab (artinya adalah Hamba dari ALLAH Al Wahhab).
Dan maka, lantas, adalah amat salah besar secara Tata Bahasa Arab dan amat lucu pula, jika sampai muridnya atau pengikutnya sampai dinamai "Wahhabi" atau "Wahabi" demikian.
Dan tidak ada pula orang Islam berilmu, sehat waras yang sampai berani memakai nama "WAHHAB", karena ini adalah nama ALLAH!
Jelas itu akan salah secara 'Aqidah jika sampai berani demikian, atau sampai MENYEBUT orang lain demikian, dan bahkan mengkonotasikannya jelek!
Padahal 'pengikut' petunjuk ALLAH AL WAHHAB tentu saja, adalah MUSLIMIIN terbaik! Seharusnya. Namun penyebutan macam ini tentu tak lazim.
Apalagi masih ada juga usaha menyamakan antara kelakuan 'Abdul Wahhab bin Rustum - seorang pemimpin kaum Khawarij, ekstrimis - yang hidup tak jauh sesudah masa Salafus Sholih alias sekitar 1.100-1.200 tahunan lalu DENGAN Syaikh Muhammad bin 'Abdul Wahhab at Tamimi itu - seorang ustadz Ahlus Sunnah Wal Jama'ah atau Salafiyyuun dari Arabia Tengah (kini menjadi Saudi Arabia setelah kekholifahan Turki hancur di tahun 1924 Masehi) biasa - yang hidup sekitar 800-900 tahunan setelahnya!
Ini adalah dua (2) orang yang berbeda, dan dua orang yang hidup di masa yang jauh berbeda ratusan tahun, dan mengajarkan hal yang berbeda!
Tapi ini disamarkan oleh para pemfitnah penuh kebohongan, untuk memecah Islam itu!
Maka tak mungkin pula ada golongan "Wahhabi" dst., kecuali orang tolol, jahil, tak cukup pengetahuannya, berniat merusak Islam, MENYEBUTNYA demikian! Dengan ia sadari atau tidak ia sadari!
Seharusnya, sebut saja pengikut Syaikh Muhammad At Tamimi itu dengan "Muhammadiyah".
Ini masih benar secara Tata Bahasa Arab. Dan di tafsir Ibnu Katsir, jelas disebutkan, bahwa para pengikut Rosululloh Muhammad - shollollohu 'alaihi wasallam - JUGA memang dapat disebut sebagai "Muhammadiyyah".
Dan sebutan ini kemudian dimanfaatkan seorang keturunan Ahlul Bait-keturunan Wali Songo (dari jalur Azmat Khan dari Al Hasan bin Ali) dan Raja-Raja Jowo, yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan - Allah yaa arhamu - untuk menamai organisasi massanya, menjadi "Muhammadiyah", hingga kini.
Jadi Muhammad At Tamimi (dan bani Tamimi atau Tamim ini banyak di mana2 juga di RI dan Malaysia), adalah seorang ustadz/syaikh Ahlus Sunnah wal Jama'ah biasa.
Beliau mengajarkan 'Aqidah, Ushuluddiin, Syari'ah, 'Adab, metode Fiqh dan lain-lain dari Al Qur'an, dari As Sunnah (Al Hadits), juga dari 4 madzhab, 4 Imam Hadits-Fiqh yakni Hanafi-Maliki-Syafi'i-Hanbali, seperti semua ahli lainnnya, namun beliau lebih senang memakai metode Fiqh Ahmad bin Hanbal, Imam Hanbali.
Apa anehnya, jika demikian, lantas?
Ahlus Sunnah mengakui dan boleh saja memakai keempatnya. Atau salah satunya.
Yang mana saja hasil ijtihad, fiqh, dari para Imam sesudah masa Salafush Sholih itu.
Silahkan saja.
Sementara Ushuluddiin, 'Aqidah, dll. dari semuanya mereka, sama.
Yakni Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Sunni. ISLAM.
Namun beliau - dan juga semua Syaikh Sunni yang cukup ilmunya - memang amat anti Syi'ah.
Hingga Syi'ah pun amat benci terhadap beliau dan para muridnya, hingga kini.
Dan memfitnahinya.
Seperti itu.
Apalagi di masa Perang Sunni-Syi'ah Internasional kini antara negara-negara Ahlus Sunnah wal Jama'ah (Sunni) yang dipimpin oleh Arab Saudi, dan diikuti oleh negara Ahlus Sunnah Wal Jama'ah lainnya macam Qatar, UEA, Bahrain, Oman, Kuwait, Sudan, Tunisia, Senegal, Maroko, Turki, Pakistan, Mesir, dst. sampai Malaysia dari Asia Tenggara, melawan Syi'ah Hutsi (Houti) yang mengkudeta kaum Sunni di Yaman, dan dibantu Iran!
Apakah semua negara-negara musuh Syi'ah itu, wahabi?
Apakah begitu bodohnya mereka sampai mau saja dikomandani Saudi yang dikesankan bukan Sunni tapi 'wahabi'? Malah dapat sampai dikesankan bukan Islam? Yang sebenarnya golongan "wahabi" atau "wahhabi" itu pun tak pernah ada pula?
Dan KESALAHAN SEBUT ini lalu dimanfaatkan SYI'AH untuk memecah adu-domba, seakan ini ada, dan aneh, salah, bahkan bukan Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Terutama di Indonesia!
Yang di RI ini dikarunia Sumber Daya Alam besar dan Sumber Daya Manusia banyak, namun masih banyak orang awwam agama.
Dan Syi'ah dan Kafiruun lainnya tentu saja menginginkan ini!
Apalagi di masa perang Sunni vs Syi'ah internasional kini! Untuk sumber pendukung perangnya!
Lihat saja kini, bagaimana cengkeraman Iran di masa pemerintahan Jokowi-JK kini terhadap itu?
Dan tentu saja - maaf - secara alami, secara mayoritas, kaum awwam ini juga banyak di NU.
Sementara mendiang Gus Dur - Allah yaa arhamu - amat terkenal dengan pernyataannya, bahwa memang sungguh banyak ritual khas NU, ternyata diambil dari ritual Syi'ah.
Bahkan beliau sampai berkata, lebih-kurang, "NU itu (seperti) Syi'ah tanpa Imamiyah." Namun tetap mengklaim dirinya sebagai Sunni, Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Sementara sebenarnya mengambil juga dasar 'Aqidah dari Asy'ariyyah, Maturidiyyah, ritual dan 'aqidah Sufi/Tasawuf, dan ritual Syi'ah.
Dan - maaf - NU kini agak berbeda dengan apa-apa wasiat mendiang pendirinya yakni Kyai Haji Hasyim Asy'ary - seorang keturunan Ahlul Bait/Wali Songo yang juga kawan dan saudara dari Kyai Haji Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah yang keduanya adalah Ahlul Bait - yang melarang Nahdliyyiin mengikuti Syi'ah, mengecam budaya peringatan dan makan-makan tahlilan hari kematian, mengharaamkan musik, dst., sebagaimana ada di Qanun beliau dan para pendiri NU di awal abad XX Masehi, tahun 1926. Muhammadiyah sendiri lahir di tahun 1914, Al 'Irsyad di tahun 1915, PERSIS di tahun 1923. NU adalah paling muda di antara mereka, namun massanya kiranya terbesar, terutama di kota kecil dan pedesaan yang banyak orang awwamnya.
Terutama sejak NU kini diketuai K. H. Said 'Aqil Siradj (SAS), yang banyak membuat pernyataan meresahkan masyarakat. Karenanya pula kini ada gerakan "NU Garis Lurus" dan usaha mengganti SAS itu.
Dan potensi pemanfaatan ini tentu amat disenangi kaum Syi'ah!
Padahal penyebutan "Wahabi" ini sendiri, sudah jelas, SALAH secara 'AQIDAH, TATA BAHASA ARAB dan SEJARAH (adapun penyebutan "Wahabi" di atas hanya agar kaum awwam mengerti saja).
Karena sesungguhnya mereka yang difitnahi demikian, adalah Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Dan terakhir memeriksa website Muhammadiyah, memang K. H. Ahmad Dahlan - Allah yaa Arhamu - juga belajar dari ajaran Syaikh Muhammad at Tamimi itu, selain ajaran para Syaikh lain, sesama Syaikh Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Dan sebagian orang mungkin pula melupakan bahwa Syaikh Ahmad Surkati al Anshori, murid dari murid Syaikh Muhammad at Tamimi - yang pengikutnya difitnahi sebagai Wahabi itu - juga adalah GURU dari para generasi pertama dari Ormas Islam RI:
- Muhammadiyah (didirikan pahlawan nasional KH. Ahmad Dahlan asal Jawa dan yang masih keturunan Ahlul Bait Nabi serta Bangsawan Jawa juga dan pribumi muslimiin)
- Al 'Irsyad (didirikan oleh para pionir pejuang RI keturunan Arab-Yaman dan pribumi muslimiin)
- Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia atau DDII (didirikan pahlawan nasional DR. M. Natsir asal Minangkabau dan pribumi muslimiin) yang lahir sesudah masa kemerdekaan RI.
- PERSIS (didirikan di Bandung oleh pribumi muslimiin)
Dan dari 4 besar Ormas Islam pionir RI ini - di luar NU yang jalur guru-gurunya cukup lain karena juga banyak mengakomodir ajaran Asy'ariyah, Maturidiyah, Sufi/Tasawuf, bahkan sebagian ritual Syi'ah, namun mengaku sebagai Ahlus Sunnah wal Jama'ah dan menganut Fiqh Madzhab Syafi'iyyah namun kini sayangnya kurang melaksanakan sebagian Fiqhnya - kemudian lahirlah juga Ormas Islam lain:
- Hidayatullah
- Al Shofwah
- Wahdah Islamiyah
- HASMI
Dll.
Dan ingatlah bahwa SEMUA pengikut kaum Salafush Sholih (kaum pendahulu yang salih) - yakni Rosululloh shollollohu 'alaihi wasallam dan para Nabi, lalu para Sahabat Nabi, Tabi'iinnya, dan Tabi'ut Tabi'iinnya - TENTU SAJA secara Tata Bahasa dan Sejarah serta 'Aqidah, disebut sebagai "Salafiyyuun" yang artinya "Pengikut kaum Salaf" atau disingkat saja sebagai "Salafi".
"Salafiyyuun" atau "Salafi" ini sendiri bukan organisasi. Bukan pula suatu golongan dalam Islam. Walau ada di manapun di dunia ini.
Karena semua Muslimiin HARI INI yang ingin jadi yang terbaik, selamat, tentu saja adalah disebut sebagai "Salafiyyuun", alias adalah "pengikut Kaum Salafush Sholih" itu.
Mereka Salafush Sholih, tentu saja adalah teladan, idola, dari kaum Muslimiin yang sehat waras.
Sampai kapanpun.
Sementara kaum Salafush Sholih itu sendiri dipuji dan dijamin Allah sebagai yang TERBAIK, di Al Qur'an dan Hadits, sampai kapanpun. Sampai KIAMAT.
Dan SEMUA Ormas Islam RI - selain NU kini - itu yang amat disiplin berpegang kepada Al Qur'an dan As Sunnah (Al Hadits) dan didirikan para Ahlul Bait, Ulama, pahlawan pejuang kemerdekaan RI, dan keturunannya, jelas TIDAK MELAKUKAN:
- Tahlilan peringatan hari kematian dan makan-makannya di hari-hari peringatan kematian orang yang kebiasaan ini, sisa kebiasaan ajaran Hindu Jawa Majapahit dan sebelumnya. Bahkan masih ada benang merahnya dengan Hindu Bali kini. Dan ini pun dikecam para pendiri NU di Muktamar NU I 1926 Masehi sebagai bid'ah yang tercela.
- Yaa Siinan malam Jum'at melainkan membaca QS Al Kahfi sebagaimana perintah di Hadits
- Nujuh Bulanan yang ini juga sisa ajaran Hindu Jawa
- Maulidan Nabi yang peringatan ini diciptakan Syi'ah Fathimiyyah, termasuk Maulid Ali, Maulid Fathimah, Maulid Hasan, Maulid Husain, Maulid Raja Mesir, dll.
- Qunutan, kecuali ada bahaya terhadap muslimiin
- suka sedikit-sedikit ke kuburan keramat dan cari barokah bahkan beribadah di sana
- Dll., yang konon 'ritual khas NU dan/atau Jawa'.
Maka kalau kaum Syi'ah yang MENYUSUP di NU - yang banyak kaum awwam bahkan buta huruf tak berpendidikan namun jumlahnya banyak - dan tempat lain itu mengata-ngatai Muslimiin, Ahlus Sunnah wal Jam'ah, Salafiyyuun, bahkan aneka Ormas Islam RI lain sebagai 'wahabi', dan diikuti kaum jahil, dengan segala fitnahnya, maka seharusnya mereka belajar dulu ini.
Supaya mulut mereka tak dirobek malaikat nanti.
Karena menambahi kekeruhan. Menjelang atau sudah di masa Al Malhamah Al Kubro atau Al Majiduun atau Armageddon atau Perang Terbesar Umat Manusia di Akhir Jaman ini yang membedakan antara kebenaran dan keburukan-kesalahan sebelum Kiamat.
Tertanda:
- Koordinator dan pengurus PAGI FB (Perkumpulan Administrator Grup Islam di FB) -
Dari sumber: https://m.facebook.com/groups/1027736050574449?view=permalink&id=1195174873830565&ref=m_notif¬if_t=group_activity