Translate

AlQur'an online

__________________________________________________________________ Dipersembahkan oleh finzmyale.blogspot.com Forward: http://m.alquran-indonesia.com/mquran/index.php/quran

Salam Hormat.

Salam Hormat.
[Kelak jika ayah(Encik ku)dibawah ini telah tiada,seterusnya akulah pengurus blog ini.Salamku,Raga D A].

Blogger's

Blogger's
TelagaPunggur-TanjungPinang. 25 Sep '09.Menuju Bangka Belitung kembali...

Selamat datang di blog kami.

➡️ "Salam damai mesra penuh cinta." ⬅️

Yosaldy Fin Pirdaus Z
Fin Pirdaus Z
(Aldy Rafvel Fin Z)
Cikisa Binti Said Ucin .������
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️

(ENCIK DYNASTI group)
"Que sera sera".

Entri Populer

Laman

Total Tayangan Halaman

Selasa, 29 Desember 2015

Dari rimbun Pelempang Putih



Ketika tanda tanya berkalang tuntut.
Seraut wajah tumbuh kala fajar memutar pariwara pagi itu.
Bibit hati terungkap tanpa komisi
pencari perkara.
Mengambang diantara naskah2 rindu,
Menggugat hati ke mahkamah jiwa
Vonispun terketuk tanpa toga dari sukma compang camping.
Rindu menghujatku seiring burung turun mandi,
Nadipun kambuh kala semut berwawancara ....

Dalam pashmina aku mencarimu
Disimpang itu aku terjerat
Dirindang Pelempang Putih aku berteduh,
Menantimu.
Datanglah ...

[ Demikian berita si fulan yang terbaca  saat gerimis bertepung tawar disuatu senja...sebelum bedug maghrib dipukul kak Jai]

Ketika tanda tanya berkalang tuntut.
Seraut wajah tumbuh kala fajar memutar pariwara pagi itu.
Bibit hati terungkap tanpa komisi
pencari perkara.
Mengambang diantara naskah2 rindu,
Menggugat hati ke mahkamah jiwa
Vonispun terketuk tanpa toga dari jiwa compang camping.
Rindu menghujatku seiring burung turun mandi,
Nadipun kambuh kala semut berwawancara ....

Dalam pashmina aku mencarimu
Dirindang Pelepang Putih aku rindu...

[ Demikian berita fulan yang kubaca saat gerimis bertepung tawar disuatu senja sebelum bedug maghrib dipukul kak Jai]

Senin, 23 November 2015

Wali songo utusan Khalifah

WALI SONGO UTUSAN KHALIFAH

Bisa dikatakan tak akan ada Islam di Indonesia tanpa peran khilafah. Orang sering mengatakan bahwa Islam di Indonesia, khususnya di tanah Jawa disebarkan oleh Walisongo. Tapi tak banyak orang tahu, siapa sebenarnya Walisongo itu? Dari mana mereka berasal? Tidak mungkin to mereka tiba-tiba ada, seolah turun dari langit?

Dalam kitab Kanzul ‘Hum yang ditulis oleh Ibn Bathuthah yang kini tersimpan di Museum Istana Turki di Istanbul, disebutkan bahwa Walisongo dikirim oleh Sultan Muhammad I. Awalnya, ia pada tahun 1404 M (808 H) mengirim surat kepada pembesar Afrika Utara dan Timur Tengah yang isinya meminta dikirim sejumlah ulama yang memiliki kemampuan di berbagai bidang untuk diberangkatkan ke pulau Jawa.

Jadi, Walisongo sesungguhnya adalah para dai atau ulama yang diutus khalifah di masa Kekhilafahan Utsmani untuk menyebarkan Islam di Nusantara. Dan jumlahnya ternyata tidak hanya sembilan (Songo). Ada 6 angkatan yang masing-masing jumlahnya sekitar sembilan orang. Memang awalnya dimulai oleh angkatan I yang dipimpin oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim, asal Turki, pada tahun 1400 an. Ia yang ahli politik dan irigasi itu menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara. Seangkatan dengannya, ada dua wali dari Palestina yang berdakwah di Banten. Yaitu Maulana Hasanudin, kakek Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Aliudin. 
Jadi, masyarakat Banten sesungguhnya punya hubungan biologis dan ideologis dengan Palestina.

Lalu ada Syekh Ja’far Shadiq dan Syarif Hidayatullah yang di sini lebih dikenal dengan sebutan Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati. Keduanya juga berasal dari Palestina. Sunan Kudus mendirikan sebuah kota kecil di Jawa Tengah yang kemudian disebut Kudus – berasal dari kata al Quds (Jerusalem).

Dari para wali itulah kemudian Islam menyebar ke mana-mana hingga seperti yang kita lihat sekarang. Oleh karena itu, sungguh aneh kalau ada dari umat Islam sekarang yang menolak khilafah. Itu sama artinya ia menolak sejarahnya sendiri, padahal nenek moyangnya mengenal Islam tak lain dari para ulama yang diutus oleh para khalifah.

Islam masuk ke Indonesia pada abad 7M (abad 1H), jauh sebelum penjajah datang. Islam terus berkembang dan mempengaruhi situasi politik ketika itu. Berdirilah kesultanan-kesultanan Islam seperti di Sumatera setidaknya diwakili oleh institusi kesultanan Peureulak (didirikan pada 1 Muharram 225H atau 12 November tahun 839M), Samudera Pasai, Aceh Darussalam, Palembang; Ternate, Tidore dan Bacan di Maluku (Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini tahun 1440); Kesultanan Sambas, Pontianak, Banjar, Pasir, Bulungan, Tanjungpura, Mempawah, Sintang dan Kutai di Kalimantan.

Adapun kesultanan di Jawa antara lain: kesultanan Demak, Pajang, Cirebon dan Banten. Di Sulawesi, Islam diterapkan dalam institusi kerajaan Gowa dan Tallo, Bone, Wajo, Soppeng dan Luwu. Sementara di Nusa Tenggara penerapan Islam di sana dilaksanakan dalam institusi kesultanan Bima. 

Setelah Islam berkembang dan menjelma menjadi sebuah institusi maka hukum-hukum Islam diterapkan secara menyeluruh dan sistemik dalam kesultanan-kesultanan tersebut.

PERIODE DAKWAH WALI SONGO

Kita sudah mengetahui bahwa mereka adalah Maulana Malik Ibrahim ahli tata pemerintahan negara dari Turki, Maulana Ishaq dari Samarqand yang dikenal dengan nama Syekh Awwalul Islam, Maulana Ahmad Jumadil Kubra dari Mesir, Maulana Muhammad al-Maghrabi dari Maroko, Maulana Malik Israil dari Turki, Maulana Hasanuddin dari Palestina, Maulana Aliyuddin dari Palestina, dan Syekh Subakir dari Persia. Sebelum ke tanah Jawa, umumnya mereka singgah dulu di Pasai. 

Adalah Sultan Zainal Abidin Bahiyan Syah penguasa Samudra Pasai antara tahun 1349-1406 M yang mengantar Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishaq ke Tanah Jawa.
Pada periode berikutnya, antara tahun 1421-1436 M datang tiga da’i ulama ke Jawa menggantikan da’i yang wafat. Mereka adalah Sayyid Ali Rahmatullah putra Syaikh Ibrahim dari Samarkand (yang dikenal dengan Ibrahim Asmarakandi) dari ibu Putri Raja Campa Kamboja (Sunan Ampel), Sayyid Ja’far Shadiq dari Palestina (Sunan Kudus), dan Syarif Hidayatullah dari Palestina cucu Raja Siliwangi Pajajaran (Sunan Gunung Jati).

Mulai tahun 1463M makin banyak da’i ulama keturunan Jawa yang menggantikan da’i yang wafat atau pindah tugas. Mereka adalah Raden Paku (Sunan Giri) putra Maulana Ishaq dengan Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak Sembuyu, Raja Blambangan; Raden Said (Sunan Kalijaga) putra Adipati Wilatikta Bupati Tuban; Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang); dan Raden Qasim Dua (Sunan Drajad) putra Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati, putri Prabu Kertabumi Raja Majapahit.

Banyaknya gelar Raden yang berasal dari kata Rahadian yang berarti Tuanku di kalangan para wali, menunjukkan bahwa dakwah Islam sudah terbina dengan subur di kalangan elit penguasa Kerajaan Majapahit. Sehingga terbentuknya sebuah kesultanan tinggal tunggu waktu.

Hubungan tersebut juga nampak antara Aceh dengan Khilafah Utsmaniyah. Bernard Lewis menyebutkan bahwa pada tahun 1563M, penguasa Muslim di Aceh mengirim seorang utusan ke Istambul untuk meminta bantuan melawan Portugis sambil meyakinkan bahwa sejumlah raja di kawasan tersebut telah bersedia masuk agama Islam jika kekhalifahan Utsmaniyah mau menolong mereka.
Saat itu kekhalifahan Utsmaniyah sedang disibukkan dengan berbagai masalah yang mendesak, yaitu pengepungan Malta dan Szigetvar di Hungaria, dan kematian Sultan Sulaiman Agung. Setelah tertunda selama dua bulan, mereka akhirnya membentuk sebuah armada yang terdiri dari 19 kapal perang dan sejumlah kapal lainnya yang mengangkut persenjataan dan persediaan untuk membantu masyarakat Aceh yang terkepung.

Namun, sebagian besar kapal tersebut tidak pernah tiba di Aceh. Banyak dari kapal-kapal tersebut dialihkan untuk tugas yang lebih mendesak yaitu memulihkan dan memperluas kekuasaan Utsmaniyah di Yaman. Ada satu atau dua kapal yang tiba di Aceh. Kapal-kapal tersebut selain membawa pembuat senjata, penembak, dan teknisi juga membawa senjata dan peralatan perang lainnya, yang langsung digunakan oleh penguasa setempat untuk mengusir Portugis. Peristiwa ini dapat diketahui dalam berbagai arsip dokumen negara Turki.

Hubungan ini nampak pula dalam penganugerahan gelar-gelar kehormatan diantaranya Abdul Qadir dari Kesultanan Banten misalnya, tahun 1048 H (1638 M) dianugerahi gelar Sultan Abulmafakir Mahmud Abdul Kadir oleh Syarif Zaid, Syarif Mekkah saat itu. Demikian pula Pangeran Rangsang dari Kesultanan Mataram memperoleh gelar Sultan dari Syarif Mekah tahun 1051 H (1641 M ) dengan gelar Sultan Abdullah Muhammad Maulana Matarami. Pada tahun 1638 M, sultan Abdul Kadir Banten berhasil mengirim utusan membawa misi menghadap syarif Zaid di Mekah.

Hasil misi ke Mekah ini sangat sukses, sehingga dapat dikatakan kesultanan Banten sejak awal memang meganggap dirinya sebagai kerajaan Islam, dan tentunya termasuk Dar al-Islam yang ada di bawah kepemimpinan Khalifah Turki Utsmani di Istanbul. Sultan Ageng Tirtayasa mendapat gelar sultan dari Syarif mekah.

Hubungan erat ini nampak juga dalam bantuan militer yang diberikan oleh Khilafah Islamiyah. Dalam Bustanus Salatin karangan Nuruddin ar-Raniri disebutkan bahwa kesultanan Aceh telah menerima bantuan militer berupa senjata disertai instruktur yang mengajari cara pemakaiannya dari Khilafah Turki Utsmani (1300-1922).

Bernard Lewis (2004) menyebutkan bahwa pada tahun 1563 penguasa Muslim di Aceh mengirim seorang utusan ke Istanbul untuk meminta bantuan melawan Portugis. Dikirimlah 19 kapal perang dan sejumlah kapal lainnya pengangkut persenjataan dan persediaan; sekalipun hanya satu atau dua kapal yang tiba di Aceh.
Tahun 1652 kesultanan Aceh mengirim utusan ke Khilafah Turki Utsmani untuk meminta bantuan meriam. Khilafah Turki Utsmani mengirim 500 orang pasukan orang Turki beserta sejumlah besar alat tembak (meriam) dan amunisi. Tahun 1567, Sultan Salim II mengirim sebuah armada ke Sumatera, meski armada itu lalu dialihkan ke Yaman. Bahkan Snouck Hourgroye menyatakan, “Di Kota Makkah inilah terletak jantung kehidupan agama kepulauan Nusantara, yang setiap detik selalu memompakan darah segar ke seluruh penduduk Muslimin di Indonesia.” Bahkan pada akhir abad 20, 

Konsul Turki di Batavia membagi-bagikan al-Quran atas nama Sultan Turki.
Di istambul juga dicetak tafsir al-Quran berbahasa melayu karangan Abdur Rauf Sinkili yang pada halaman depannya tertera “dicetak oleh Sultan Turki, raja seluruh orang Islam”. Sultan Turki juga memberikan beasiswa kepada empat orang anak keturunan Arab di Batavia untuk bersekolah di Turki.
Pada masa itu, yang disebut-sebut Sultan Turki tidak lain adalah Khalifah, pemimpin Khilafah Utsmaniyah yang berpusat di Turki. Selain itu, Snouck Hurgrounye sebagaimana dikutip oleh Deliar Noer mengungkapkan bahwa rakyat kebanyakan pada umumnya di Indonesia, terutama mereka yang tinggal di pelosok-pelosok yang jauh di penjuru tanah air, melihat stambol (Istambul, kedudukan Khalifah Usmaniyah) masih senantiasa sebagai kedudukan seorang raja semua orang mukmin yang kekuasaannya mungkin agaknya untuk sementara berkurang oleh adanya kekuasaan orang-orang kafir, tetapi masih dan tetap [dipandang] sebagai raja dari segala raja di dunia. Mereka juga berpikir bahwa “sultan-sultan yang belum beragama mesti tunduk dan memberikan penghormatannya kepada khalifah.” Demikianlah, dapat dikatakan bahwa Islam berkembang di Indonesia dengan adanya hubungan dengan Khilafah Turki Utsmani.

Dengan demikian, keterkaitan Nusantara sebagai bagian dari Khilafah, baik saat Khilafah Abbasiyah Mesir dan Khilafah Utsmaniyah telah nampak jelas pada pengangkatan Meurah Silu menjadi Sultan Malikussaleh di Kesultanan Samudra-Pasai Darussalam oleh Utusan Syarif Mekkah, dan pengangkatan Sultan Abdul Kadir dari Kesultanan Banten dan Sultan Agung dari Kesultanan Mataram oleh Syarif Mekkah.
Dengan mengacu pada format sistem kehilafahan saat itu, Syarif Mekkah adalah Gubernur (wali) pada masa Khilafah Abbasiyah dan Khilafah Utsmaniyah untuk kawasan Hijaz. Jadi, wali yang berkedudukan di Mekkah bukan semata penganugerahan gelar melainkan pengukuhannya sebagai sultan. Sebab, sultan artinya penguasa. Karenanya, penganugerahan gelar sultan oleh wali lebih merupakan pengukuhan sebagai penguasa Islam. Sementara itu, kelihatan Aceh memiliki hubungan langsung dengan pusat khilafah Utsmaniyah di Turki.

Kesimpulan:

Jumlah dai yang diutus ini tidak hanya sembilan (Songo). Bahkan ada 6 angkatan yang dikirimkan, masing-masing jumlanya sekitar sembilan orang. (Versi lain mengatakan 7 bahkan 10 angkatan karena dilanjutkan oleh anak / keturunannya)

Para Wali ini datang dimulai dari Maulana Malik Ibrahim, asli Turki. Beliau ini ahli politik & irigasi, wafat di Gresik.
- Maulana Malik Ibrahim ini menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara.

- Seangkatan dengan beliau ada 2 wali dari Palestina yg berdakwah di Banten; salah satunya Maulana Hasanudin, beliau kakek Sultan Ageng Tirtayasa.

- Juga Sultan Aliyudin, beliau dari Palestina dan tinggal di Banten. Jadi masyarakat Banten punya hubungan darah & ideologi dg Palestina.

- Juga Syaikh Ja'far Shadiq & Syarif Hidayatullah; dikenal disini sebagai Sunan Kudus & Sunan Gunung Jati; mereka berdua dari Palestina.

- Maka jangan heran, Sunan Kudus mendirikan Kota dengan nama Kudus, mengambil nama Al-Quds (Jerusalem) & Masjid al-Aqsha di dalamnya.
(Sumber Muhammad Jazir, seorang budayawan & sejarawan Jawa , Pak Muhammad Jazir ini juga penasehat Sultan Hamengkubuwono X).
Adapun menurut Berita yang tertulis di dalam kitab Kanzul ‘Hum karya Ibnul Bathuthah, yang kemudiah dilanjutkan oleh Syekh Maulana Al Maghribi.
Sultan Muhammad I itu membentuk tim beranggotakan 9 orang untuk diberangkatkan ke pulau Jawa dimulai pada tahun 1404. Tim tersebut diketuai oleh Maulana Malik Ibrahim yang merupakan ahli mengatur negara dari Turki.

Wali Songo Angkatan Ke-1, tahun 1404 M/808 H. Terdiri dari:
1. Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki, ahli mengatur negara. 
2. Maulana Ishaq, berasal dari Samarkand, Rusia Selatan, ahli pengobatan. 
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, dari Mesir. 
4. Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko. 
5. Maulana Malik Isro’il, dari Turki, ahli mengatur negara. 
6. Maulana Muhammad Ali Akbar, dari Persia (Iran), ahli pengobatan. 
7. Maulana Hasanudin, dari Palestina. 
8. Maulana Aliyudin, dari Palestina. 
9. Syekh Subakir, dari Iran, Ahli ruqyah.
Wali Songo Angkatan ke-2, tahun 1436 M, terdiri dari :

1. Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan 
2. Maulana Ishaq, asal Samarqand, Rusia Selatan 
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, asal Mesir 
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi, asal Maroko 
5. Sunan Kudus, asal Palestina 
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina 
7. Maulana Hasanuddin, asal Palestina 
8. Maulana 'Aliyuddin, asal Palestina 
9. Syekh Subakir, asal Persia Iran.

Wali Songo Angkatan ke-3, 1463 M, terdiri dari:
1. Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan 
2. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim 
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, asal Mesir 
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi, asal Maroko 
5. Sunan Kudus, asal Palestina 
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina 
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim 
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim 
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim

Wali Songo Angkatan ke-4,1473 M, terdiri dari :
1. Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan 
2. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim 
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak 
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon 
5. Sunan Kudus, asal Palestina 
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina 
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim 
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim 
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim.

Wali Songo Angkatan ke-5,1478 M, terdiri dari :
1. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim 
2. Sunan Muria, asal Gunung Muria, Jawa Tengah 
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak 
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon 
5. Sunan Kudus, asal Palestina 
6. Syaikh Siti Jenar, asal Persia, Iran 
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim 
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim 
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim.

Wali Songo Angkatan ke-6,1479 M, terdiri dari :
1. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim 
2. Sunan Muria, asal Gunung Muria, Jawa Tengah 
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak 
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon 
5. Sunan Kudus, asal Palestina 
6. Sunan Tembayat, asal Pandanarang 
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim 
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim 
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim.

Syamsul Arifin, berbagai sumber
SELAMATKAN GENERASI MUSLIM DARI PEMBODOHAN DAN KEBOHONGAN SEJARAH !!!

Awal Islam masuk di Indonesia

Sebelum kita mengenal beberapa teori tentang penyebaran Islam di Nusantara, perlu di perhatikan bahwa Politik Luar Negeri Negara Khilafah terdiri dari dua; Da’wah dan Jihad. Awalnya negeri yang di targetkan akan di beri da’wah, ketika menerima maka tidak ada perang di sana. 

Namun, ketika menolak, maka akan terjadi Jihad dan Futuhat (Pembebasan). Dua hal ini adalah politik Luar Negeri, dimana di setiap perkembangan akan di sampaikan kepada Khalifah. Itu pula yang terjadi di Indonesia. Jika penyebaran Islam di lakukan oleh pedagang semata, bukan Da’i atau utusan, maka apakah akan ada laporan kepada Khalifah? Lalu, apakah penyebaran lewat jalur perdagangan merupakan Politik Luar Negeri? Apakah penyebaran Islam dengan jalur perdagangan hanya propaganda untuk menutupi bahwa Nusantara pernah menjadi fokus Da’wah Islam dan menjadi bagian dari Khilafah?

Dari teori Islamisasi oleh Arab dan China, Hamka dalam bukunya Sejarah Umat Islam Indonesia, mengaitkan dua teori Islamisasi tersebut. Islam datang ke Indonesia pada abad ke-7 Masehi. Penyebarannya pun bukan dilakukan oleh para pedagang dari Persia atau India, melainkan dari Arab. Sumber versi ini banyak ditemukan dalam literatur-literatur China yang terkenal, seperti buku sejarah tentang China yang berjudul Chiu Thang Shu.
Menurut buku ini, orang-orang Ta Shih, sebutan bagi orang-orang Arab, pernah mengadakan kunjungan diplomatik ke China pada tahun 651 Masehi atau 31 Hijriah. 

Empat tahun kemudian, dinasti yang sama menerima delegasi dari Tan Mi Mo Ni’, sebutan untuk Amirul Mukminin. Selanjutnya, buku itu menyebutkan, bahwa delegasi Tan Mi Mo Ni’ itu merupakan utusan yang dikirim oleh khalifah yang ketiga. Ini berarti bahwa Amirul Mukminin yang dimaksud adalah Khalifah Utsman bin Affan.

Pada masa berikutnya, delegasi-delegasi muslim yang dikirim ke China semakin bertambah. Pada masa Khilafah Umayyah saja, terdapat sebanyak 17 delegasi yang datang ke China. Kemudian pada masa Dinasti Abbasiyah, ada sekitar 18 delegasi yang pernah dikirim ke China.
Bahkan pada pertengahan abad ke-7 Masehi, sudah terdapat perkampungan-perkampungan muslim di daerah Kanton dan Kanfu. 

Sumber tentang versi ini juga dapat diperoleh dari catatan-catatan para peziarah Budha-China yang sedang berkunjung ke India. Mereka biasanya menumpang kapal orang-orang Arab yang kerap melakukan kunjungan ke China sejak abad ketujuh. Tentu saja, untuk sampai ke daerah tujuan, kapal-kapal itu melewati jalur pelayaran Nusantara.
Beberapa catatan lain menyebutkan, delegasi-delegasi yang dikirim China itu sempat mengunjungi Zabaj atau Sribuza, sebutan lain dari Sriwijaya. Mereka umumnya mengenal kebudayaan Budha Sriwijaya yang sangat dikenal pada masa itu. 

Kunjungan ini dikisahkan oleh Ibnu Abd al-Rabbih, ia menyebutkan bahwa sejak tahun 100 hijriah atau 718 Masehi, sudah terjalin hubungan diplomatik yang cukup baik antara Raja Sriwijaya, Sri Indravarman dengan Khalifah Umar Ibnu Abdul Aziz.
Lebih jauh, dalam literatur China itu disebutkan bahwa perjalanan para delegasi itu tidak hanya terbatas di Sumatera saja, tetapi sampai pula ke daerah-daerah di Pulau Jawa. 

Pada tahun 674-675 Masehi, orang-orang Ta Shi (Arab) yang dikirim ke China itu meneruskan perjalanan ke Pulau Jawa. Menurut sumber ini, mereka berkunjung untuk mengadakan pengamatan terhadap Ratu Shima, penguasa Kerajaan Kalingga, yang terkenal sangat adil itu.

Pada periode berikutnya, proses Islamisasi di Jawa dilanjutkan oleh Wali Songo. Mereka adalah para muballig yang paling berjasa dalam mengislamkan masyarakat Jawa. Dalam Babad Tanah Djawi disebutkan, para Wali Songo itu masing-masing memiliki tugas untuk menyebarkan Islam ke seluruh pelosok Jawa melalui tiga wilayah penting. 

Wilayah pertama adalah, Surabaya, Gresik, dan Lamongan di Jawa Timur. Wilayah kedua adalah, Demak, Kudus, dan Muria di Jawa Tengah. Dan wilayah ketiga adalah, Cirebon di Jawa Barat. Dalam berdakwah, para Wali Songo itu menggunakan jalur-jalur tradisi yang sudah dikenal oleh orang-orang Indonesia kuno. Yakni melekatkan nilai-nilai Islam pada praktik dan kebiasaan tradisi setempat. 

Dengan demikian, tampak bahwa ajaran Islam sangat luwes, mudah dan memenuhi kebutuhan masyarakat Jawa.
Selain berdakwah dengan tradisi, para Wali Songo itu juga mendirikan pesantren-pesantren, yang digunakan sebagai tempat untuk menelaah ajaran-ajaran Islam, sekaligus sebagai tempat pengaderan para santri. 

Pesantren Ampel Denta dan Giri Kedanton, adalah dua lembaga pendidikan yang paling penting di masa itu. Bahkan dalam pesantren Giri di Gresik, Jawa Timur itu, Sunan Giri telah berhasil mendidik ribuan santri yang kemudian dikirim ke beberapa daerah di Nusa Tenggara dan wilayah Indonesia Timur lainnya.
Penjajah Belanda Menghapuskan Jejak Khilafah.

Pada masa penjajahan, Belanda berupaya menghapuskan penerapan syariah Islam oleh hampir seluruh kesultanan Islam di Indonesia. Salah satu langkah penting yang dilakukan Belanda adalah menyusupkan pemikiran dan politik sekular melalui Snouck Hurgronye. Dia menyatakan dengan tegas bahwa musuh kolonialisme bukanlah Islam sebagai agama.
Dari pandangan Snouck tersebut penjajah Belanda kemudian berupaya melemahkan dan menghancurkan Islam dengan 3 cara. 

Pertama: memberangus politik dan institusi politik/pemerintahan Islam. Dihapuslah kesultanan Islam. Contohnya adalah Banten. Sejak Belanda menguasai Batavia, Kesultanan Islam Banten langsung diserang dan dihancurkan. Seluruh penerapan Islam dicabut, lalu diganti dengan peraturan kolonial.

Kedua: melalui kerjasama raja/sultan dengan penjajah Belanda. Hal ini tampak di Kerajaan Islam Demak. 

Pelaksanaan syariah Islam bergantung pada sikap sultannya. Di Kerajaan Mataram, misalnya, penerapan Islam mulai menurun sejak Kerajaan Mataram dipimpin Amangkurat I yang bekerjasama dengan Belanda.

Ketiga: dengan menyebar para orientalis yang dipelihara oleh pemerintah penjajah. Pemerintah Belanda membuat Kantoor voor Inlandsche zaken yang lebih terkenal dengan kantor agama (penasihat pemerintah dalam masalah pribumi). Kantor ini bertugas membuat ordonansi (UU) yang mengebiri dan menghancurkan Islam. Salah satu pimpinannya adalah Snouck Hurgronye.

Dikeluarkanlah: Ordonansi Peradilan Agama tahun 1882, yang dimaksudkan agar politik tidak mencampuri urusan agama (sekularisasi); Ordonansi Pendidikan, yang menempatkan Islam sebagai saingan yang harus dihadapi; Ordonansi Guru tahun 1905 yang mewajibkan setiap guru agama Islam memiliki izin; Ordonansi Sekolah Liar tahun 1880 dan 1923, yang merupakan percobaan untuk membunuh sekolah-sekolah Islam. Sekolah Islam didudukkan sebagai sekolah liar.

Demikianlah, syariah Islam mulai diganti oleh penjajah Belanda dengan hukum-hukum sekular. Hukum-hukum sekular ini terus berlangsung hingga sekarang. Walhasil, tidak salah jika dikatakan bahwa hukum-hukum yang berlaku di negeri ini saat ini merupakan warisan dari penjajah; sesuatu yang justru seharusnya dienyahkan oleh kaum Muslim, sebagaimana mereka dulu berhasil mengenyahkan sang penjajah: Belanda


Minggu, 15 November 2015

Ketika Paris Menangis

Tiada habis berita Paris.
Dunia "menangis".
Berita kupas habis ," Kikis"
dari mendung hingga "gerimis"
baik naik kelapa atau naik "Altis".
Saat makan keju tumis dan kue "lapis". ...

Saat Palestina  hari2 bertembung Zionis .
Besar tersedu sedu dunia "menagis".
Air mata dunia dilayar emas "laris".
Dilayar perak "romantis".
Dilayar perunggu "melankolis".
Mengalir jauh ke Bengawan Solo
dan sungai Tigris !
Miris, teriris ...

Dimana kau taruh air matamu iblis?

Que Sera Sera
-Btm, 3 Safar 1437 H-

Kamis, 12 November 2015

Fitnah seakan adanya kaum Wahai


🌍 CATATAN MENGENAI FITNAH INGGRIS DAN SYI'AH AKAN SEAKAN ADANYA KAUM WAHABI 

Bismillah.

Dengan hormat.

Semoga menjadi rahmat.

Maaf, menyikapi perkembangan beberapa tahun ini, sampai tahun 1437/2015 ini, sungguh sayang sekali, salah satu kaum dan orang tersesat dan mungkin tertolol, bahkan terjahat dalam Islam atau dunia lain, adalah yang sampai benar-benar percaya bahwa golongan 'Wahabi' atau 'Wahhabi' itu benar-benar ada.

Padahal ini HANYALAH kesalahan-sebut kaum Inggris terhadap para murid dari mendiang ustadz, bernama:

Syaikh (tuan guru) MUHAMMAD bin 'Abdul Wahhab AT TAMIMI - Allah yaa Arhamu - dari Arabia Tengah (Saudi kini) yang terlanjur populer atau dipropagandakan saja. Dan kemudian ini dimanfaatkan Syi'ah untuk mengadu-domba.

Nama beliau, tentu saja adalah "Muhammad", dan bukannya "'Abdul Wahhab" atau bahkan "Wahhab". 

Jadi nama sebenarnya, adalah "Muhammad At Tamimi". Alias bapak "Muhammad", dari keluarga/kabilah atau suku Arab "At Tamimi".

Dan keluarga "At Tamimi" ini sendiri banyak jumlahnya, di Nusantara RI, di Yaman, di Saudi, dll., serta in syaa Allah adalah keturunan keluarga "Bani Tamim" yang dihormati sejak dari masa Rosululloh shollollohu 'alaihi wasallam.

Nama "'Abdul Wahhab" yang diplesetkan ke - seakan "Wahhabi" itu - sendiri adalah nama AYAHNYA.

Dan nama "Wahhab" atau "Al Wahhab" sendiri adalah NAMA dari ALLAH (ASMAUL HUSNA).

"Al Wahhab" bukanlah namanya atau bapaknya, yakni yang - sekali lagi - adalah bernama 'Abdul Wahhab (artinya adalah Hamba dari ALLAH Al Wahhab).

Dan maka, lantas, adalah amat salah besar secara Tata Bahasa Arab dan amat lucu pula, jika sampai muridnya atau pengikutnya sampai dinamai "Wahhabi" atau "Wahabi" demikian.

Dan tidak ada pula orang Islam berilmu, sehat waras yang sampai berani memakai nama "WAHHAB", karena ini adalah nama ALLAH!

Jelas itu akan salah secara 'Aqidah jika sampai berani demikian, atau sampai MENYEBUT orang lain demikian, dan bahkan mengkonotasikannya jelek!

Padahal 'pengikut' petunjuk ALLAH AL WAHHAB tentu saja, adalah MUSLIMIIN terbaik! Seharusnya. Namun penyebutan macam ini tentu tak lazim.

Apalagi masih ada juga usaha menyamakan antara kelakuan 'Abdul Wahhab bin Rustum - seorang pemimpin kaum Khawarij, ekstrimis - yang hidup tak jauh sesudah masa Salafus Sholih alias sekitar 1.100-1.200 tahunan lalu DENGAN Syaikh Muhammad bin 'Abdul Wahhab at Tamimi itu - seorang ustadz Ahlus Sunnah Wal Jama'ah atau Salafiyyuun dari Arabia Tengah (kini menjadi Saudi Arabia setelah kekholifahan Turki hancur di tahun 1924 Masehi) biasa - yang hidup sekitar 800-900 tahunan setelahnya!

Ini adalah dua (2) orang yang berbeda, dan dua orang yang hidup di masa yang jauh berbeda ratusan tahun, dan mengajarkan hal yang berbeda!

Tapi ini disamarkan oleh para pemfitnah penuh kebohongan, untuk memecah Islam itu!

Maka tak mungkin pula ada golongan "Wahhabi" dst., kecuali orang tolol, jahil, tak cukup pengetahuannya, berniat merusak Islam, MENYEBUTNYA demikian! Dengan ia sadari atau tidak ia sadari!

Seharusnya, sebut saja pengikut Syaikh Muhammad At Tamimi itu dengan "Muhammadiyah".

Ini masih benar secara Tata Bahasa Arab. Dan di tafsir Ibnu Katsir, jelas disebutkan, bahwa para pengikut Rosululloh Muhammad - shollollohu 'alaihi wasallam - JUGA memang dapat disebut sebagai "Muhammadiyyah".

Dan sebutan ini kemudian dimanfaatkan seorang keturunan Ahlul Bait-keturunan Wali Songo (dari jalur Azmat Khan dari Al Hasan bin Ali) dan Raja-Raja Jowo, yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan - Allah yaa arhamu - untuk menamai organisasi massanya, menjadi "Muhammadiyah", hingga kini.

Jadi Muhammad At Tamimi (dan bani Tamimi atau Tamim ini banyak di mana2 juga di RI dan Malaysia), adalah seorang ustadz/syaikh Ahlus Sunnah wal Jama'ah biasa. 

Beliau mengajarkan 'Aqidah, Ushuluddiin, Syari'ah, 'Adab, metode Fiqh dan lain-lain dari Al Qur'an, dari As Sunnah (Al Hadits), juga dari 4 madzhab, 4 Imam Hadits-Fiqh yakni Hanafi-Maliki-Syafi'i-Hanbali, seperti semua ahli lainnnya, namun beliau lebih senang memakai metode Fiqh Ahmad bin Hanbal, Imam Hanbali. 

Apa anehnya, jika demikian, lantas?

Ahlus Sunnah mengakui dan boleh saja memakai keempatnya. Atau salah satunya.

Yang mana saja hasil ijtihad, fiqh, dari para Imam sesudah masa Salafush Sholih itu.

Silahkan saja.

Sementara Ushuluddiin, 'Aqidah, dll. dari semuanya mereka, sama. 

Yakni Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

Sunni. ISLAM.

Namun beliau - dan juga semua Syaikh Sunni yang cukup ilmunya - memang amat anti Syi'ah.

Hingga Syi'ah pun amat benci terhadap beliau dan para muridnya, hingga kini.

Dan memfitnahinya.

Seperti itu.

Apalagi di masa Perang Sunni-Syi'ah Internasional kini antara negara-negara Ahlus Sunnah wal Jama'ah (Sunni) yang dipimpin oleh Arab Saudi, dan diikuti oleh negara Ahlus Sunnah Wal Jama'ah lainnya macam Qatar, UEA, Bahrain, Oman, Kuwait, Sudan, Tunisia, Senegal, Maroko, Turki, Pakistan, Mesir, dst. sampai Malaysia dari Asia Tenggara, melawan Syi'ah Hutsi (Houti) yang mengkudeta kaum Sunni di Yaman, dan dibantu Iran!

Apakah semua negara-negara musuh Syi'ah itu, wahabi?

Apakah begitu bodohnya mereka sampai mau saja dikomandani Saudi yang dikesankan bukan Sunni tapi 'wahabi'? Malah dapat sampai dikesankan bukan Islam? Yang sebenarnya golongan "wahabi" atau "wahhabi" itu pun tak pernah ada pula?

Dan KESALAHAN SEBUT ini lalu dimanfaatkan SYI'AH untuk memecah adu-domba, seakan ini ada, dan aneh, salah, bahkan bukan Ahlus Sunnah wal Jama'ah. 

Terutama di Indonesia!

Yang di RI ini dikarunia Sumber Daya Alam besar dan Sumber Daya Manusia banyak, namun masih banyak orang awwam agama. 

Dan Syi'ah dan Kafiruun lainnya tentu saja menginginkan ini! 

Apalagi di masa perang Sunni vs Syi'ah internasional kini! Untuk sumber pendukung perangnya!

Lihat saja kini, bagaimana cengkeraman Iran di masa pemerintahan Jokowi-JK kini terhadap itu?

Dan tentu saja - maaf - secara alami, secara mayoritas, kaum awwam ini juga banyak di NU.

Sementara mendiang Gus Dur - Allah yaa arhamu - amat terkenal dengan pernyataannya, bahwa memang sungguh banyak ritual khas NU, ternyata diambil dari ritual Syi'ah. 

Bahkan beliau sampai berkata, lebih-kurang, "NU itu (seperti) Syi'ah tanpa Imamiyah." Namun tetap mengklaim dirinya sebagai Sunni, Ahlus Sunnah wal Jama'ah. 

Sementara sebenarnya mengambil juga dasar 'Aqidah dari Asy'ariyyah, Maturidiyyah, ritual dan 'aqidah Sufi/Tasawuf, dan ritual Syi'ah. 

Dan - maaf - NU kini agak berbeda dengan apa-apa wasiat mendiang pendirinya yakni Kyai Haji Hasyim Asy'ary - seorang keturunan Ahlul Bait/Wali Songo yang juga kawan dan saudara dari Kyai Haji Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah yang keduanya adalah Ahlul Bait - yang melarang Nahdliyyiin mengikuti Syi'ah, mengecam budaya peringatan dan makan-makan tahlilan hari kematian, mengharaamkan musik, dst., sebagaimana ada di Qanun beliau dan para pendiri NU di awal abad XX Masehi, tahun 1926. Muhammadiyah sendiri lahir di tahun 1914, Al 'Irsyad di tahun 1915, PERSIS di tahun 1923. NU adalah paling muda di antara mereka, namun massanya kiranya terbesar, terutama di kota kecil dan pedesaan yang banyak orang awwamnya.

Terutama sejak NU kini diketuai K. H. Said 'Aqil Siradj (SAS), yang banyak membuat pernyataan meresahkan masyarakat. Karenanya pula kini ada gerakan "NU Garis Lurus" dan usaha mengganti SAS itu.

Dan potensi pemanfaatan ini tentu amat disenangi kaum Syi'ah!

Padahal penyebutan "Wahabi" ini sendiri, sudah jelas, SALAH secara 'AQIDAH, TATA BAHASA ARAB dan SEJARAH (adapun penyebutan "Wahabi" di atas hanya agar kaum awwam mengerti saja).

Karena sesungguhnya mereka yang difitnahi demikian, adalah Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

Dan terakhir memeriksa website Muhammadiyah, memang K. H. Ahmad Dahlan - Allah yaa Arhamu - juga belajar dari ajaran Syaikh Muhammad at Tamimi itu, selain ajaran para Syaikh lain, sesama Syaikh Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

Dan sebagian orang mungkin pula melupakan bahwa Syaikh Ahmad Surkati al Anshori, murid dari murid Syaikh Muhammad at Tamimi - yang pengikutnya difitnahi sebagai Wahabi itu - juga adalah GURU dari para generasi pertama dari Ormas Islam RI:

- Muhammadiyah (didirikan pahlawan nasional KH. Ahmad Dahlan asal Jawa dan yang masih keturunan Ahlul Bait Nabi serta Bangsawan Jawa juga dan pribumi muslimiin)

- Al 'Irsyad (didirikan oleh para pionir pejuang RI keturunan Arab-Yaman dan pribumi muslimiin)

- Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia atau DDII (didirikan pahlawan nasional DR. M. Natsir asal Minangkabau dan pribumi muslimiin) yang lahir sesudah masa kemerdekaan RI.

- PERSIS (didirikan di Bandung oleh pribumi muslimiin)

Dan dari 4 besar Ormas Islam pionir RI ini - di luar NU yang jalur guru-gurunya cukup lain karena juga banyak mengakomodir ajaran Asy'ariyah, Maturidiyah, Sufi/Tasawuf, bahkan sebagian ritual Syi'ah, namun mengaku sebagai Ahlus Sunnah wal Jama'ah dan menganut Fiqh Madzhab Syafi'iyyah namun kini sayangnya kurang melaksanakan sebagian Fiqhnya - kemudian lahirlah juga Ormas Islam lain:

- Hidayatullah

- Al Shofwah

- Wahdah Islamiyah

- HASMI

Dll.

Dan ingatlah bahwa SEMUA pengikut kaum Salafush Sholih (kaum pendahulu yang salih) - yakni Rosululloh shollollohu 'alaihi wasallam dan para Nabi, lalu para Sahabat Nabi, Tabi'iinnya, dan Tabi'ut Tabi'iinnya - TENTU SAJA secara Tata Bahasa dan Sejarah serta 'Aqidah, disebut sebagai "Salafiyyuun" yang artinya "Pengikut kaum Salaf" atau disingkat saja sebagai "Salafi".

"Salafiyyuun" atau "Salafi" ini sendiri bukan organisasi. Bukan pula suatu golongan dalam Islam. Walau ada di manapun di dunia ini.

Karena semua Muslimiin HARI INI yang ingin jadi yang terbaik, selamat, tentu saja adalah disebut sebagai "Salafiyyuun", alias adalah "pengikut Kaum Salafush Sholih" itu. 

Mereka Salafush Sholih, tentu saja adalah teladan, idola, dari kaum Muslimiin yang sehat waras. 

Sampai kapanpun.

Sementara kaum Salafush Sholih itu sendiri dipuji dan dijamin Allah sebagai yang TERBAIK, di Al Qur'an dan Hadits, sampai kapanpun. Sampai KIAMAT.

Dan SEMUA Ormas Islam RI - selain NU kini - itu yang amat disiplin berpegang kepada Al Qur'an dan As Sunnah (Al Hadits) dan didirikan para Ahlul Bait, Ulama, pahlawan pejuang kemerdekaan RI, dan keturunannya, jelas TIDAK MELAKUKAN:

- Tahlilan peringatan hari kematian dan makan-makannya di hari-hari peringatan kematian orang yang kebiasaan ini, sisa kebiasaan ajaran Hindu Jawa Majapahit dan sebelumnya. Bahkan masih ada benang merahnya dengan Hindu Bali kini. Dan ini pun dikecam para pendiri NU di Muktamar NU I 1926 Masehi sebagai bid'ah yang tercela.

- Yaa Siinan malam Jum'at melainkan membaca QS Al Kahfi sebagaimana perintah di Hadits

- Nujuh Bulanan yang ini juga sisa ajaran Hindu Jawa

- Maulidan Nabi yang peringatan ini diciptakan Syi'ah Fathimiyyah, termasuk Maulid Ali, Maulid Fathimah, Maulid Hasan, Maulid Husain, Maulid Raja Mesir, dll.

- Qunutan, kecuali ada bahaya terhadap muslimiin

- suka sedikit-sedikit ke kuburan keramat dan cari barokah bahkan beribadah di sana

- Dll., yang konon 'ritual khas NU dan/atau Jawa'.

Maka kalau kaum Syi'ah yang MENYUSUP di NU - yang banyak kaum awwam bahkan buta huruf tak berpendidikan namun jumlahnya banyak - dan tempat lain itu mengata-ngatai Muslimiin, Ahlus Sunnah wal Jam'ah, Salafiyyuun, bahkan aneka Ormas Islam RI lain sebagai 'wahabi', dan diikuti kaum jahil, dengan segala fitnahnya, maka seharusnya mereka belajar dulu ini.

Supaya mulut mereka tak dirobek malaikat nanti.

Karena menambahi kekeruhan. Menjelang atau sudah di masa Al Malhamah Al Kubro atau Al Majiduun atau Armageddon atau Perang Terbesar Umat Manusia di Akhir Jaman ini yang membedakan antara kebenaran dan keburukan-kesalahan sebelum Kiamat.

Tertanda:

- Koordinator dan pengurus PAGI FB (Perkumpulan Administrator Grup Islam di FB) -


Dari sumber: https://m.facebook.com/groups/1027736050574449?view=permalink&id=1195174873830565&ref=m_notif&notif_t=group_activity


Link video: https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=187348884935129&id=100009800553762&ref=m_notif&notif_t=group_activity



Selasa, 20 Oktober 2015

Persamaan dan Perbedaan " Kitab dan Suhuf ".

Persamaan dan Perbedaan Kitab dan Suhuf,
Kitab dan suhuf sama-sama merupakan wahyu dari Allah Swt yang disampaikan kepada para rasul-Nya untuk disampaikan kepada manusia sebagai petunjuk dan pedoman hidup. Awalnya wahyu itu di catat dalam lembaran-lembaran kertas, lalu disatukan menjadi sebuah buku besar dan di susun secara sistematis sesuai petunjuk rasul secara langsung. Kumpulan dari lembaran-lembaran yang sudah berwujud buku itu biasanya di sebut sebagai kitab.

Pengertian Kitab dan Suhuf.
Ada empat kitab yang di turunkan oleh Allah swt, yaitu Taurat, Zabur, Injil, dan Alquran. Kitab dan suhuf itu memiliki kesamaan dan perbedaan. 

Persamaanya adalah semua kitab itu mengajarkan keEaaan Allah Swt sehingga agama-agama islam lahir dan dikenal dengan sebutan agama tauhid, artinya agama yang mengajarkan tentang keesaan allah swt, 

Perbedaannya terletak pada sifatnya. Kitab-kitab sebelum Al Qur'an bersifat lokal dan ajaran-ajaranya sederhana, sedangkan Alquran bersifat universal dan abadi sepanjang masa serta lebih luas ajaranya.
Al-Qur'an


Selain kitab-kitab, di dalam Al Qur'an di sebutkan adanya suhuf atau sahifah (halaman), yang berjumlah 100 (seratus) sahifah, suhuf adalah firman Allah swt, yang di turunkan kepada para nabi atau rasulnya yang berisi hukum-hukum sebagai petunjuk dan pedoman dalam menjalankan agamanya

Suhuf diberikan kepada :
Suhuf Nabi adam As = 10 suhuf
Suhuf Nabi Syits As = 50 suhuf
Suhuf Nabi Idris As = 30 suhuf
Suhuf Nabi Ibrahim As = 10 suhuf
Suhuf Nabi Musa As 10 = suhuf.

Persamaan dan Perbedaan Kitab dan Suhuf ?
Kitab dan suhuf sama-sama merupakan Wahyu Allah Swt Penerimaan kitab dan suhuf hanya nabi / rasul.

Perbedaan Kitab dan suhuf.
Kitab lebih lengkap atau rinci dari suhuf.
Kitab bersifat buku maupin mushaf,sedangkan suhuf merupakan lembaran yang Allah Swt menyatakan bahwa orang yang beriman harus meyakini adanya kitab-kitab suci yang turun sebelum Al Qur’an seperti disebutkan dalam firman Allah SWT:

(Qs An Nisaa' ayat 136)
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya”. (QS An Nisa : 136)

Selain menurunkan Kitab Kitab Suci, Allah juga menurunkan suhuf kepada para nabi seperti Nabi Ibrahim As dan nabi Musa As.

Firman Allah SWT:
“(yaitu) suhuf-suhuf (kitab-kitab) yang diturunkan kepada Ibrahim dan Musa”(Al A’la : 19)


Kitab-kitab Allah berfungsi untuk menuntun manusia agarbmeyakini Allah SWT dan apa yang telah diturunkan kepada rasul-rasul-Nya sebagaimana disampaikan dalam firman Allah SWT:

( Qs Al Baqaraah ayat 136)
“Katakanlah (hai orang-orang mukmin), kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak cucunya dan apa yang kami berikan kepada Musa dan Isa seperti apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun diantara mereka dan kami hanya patuh kepada-Nya.”(QS Al Baqarah : 136)

Minggu, 11 Oktober 2015

Allah Swt memberi Kado kejutan

Dibalik ketidaktahuan, Allah Swt memberikan Kejutan.
Nabi Ibrahim As tak tau kebal dari api, Qs Al Anbiya: 68-69.
Ibunda Nabi Isa Al Masih ( Maryam ) tak tau terpilih jadi ibu pilihan, Qs Ali Imron ayat 42.
Nabi Muhammad SAW tak tau bahwa beliau akan meninjau Syurga, Qs Al Isra ayat 1.

Begitu pulak Nabi Musa As, Nabi Isa As, Nabi Sulaiman As, dan para Rasul Utusan Tuhan.

Begitupun kita.
Aku juga gak tau kapan ku akan pulang dari Jeddah, Mina, Mekkah .😊

Selasa, 06 Oktober 2015

Gerimis pagi ini...

Mendung pagi ini
Anak2 bintang berebut mencari sisik awan
Embun salah tingkah, malu malu.
Yakh, seiring gerimis bertepung tawar 
Berpantun di muka pintu 
Rindu ...

Kulihat sendu berarak 
Pawai menuju masa silam
membilas kisi bait hati
Mengupas kenangan ...

-Que sera sera-

Kamis, 01 Oktober 2015

Perkampungan Mina kembali sepi

     

Kabar tersiar binar binar 
Usai jumroh tenang terlontar
Perkampungan Mina kembali sepi
Menyisa kenangan tersimpan diri
Terhambur seru Kalam Ilahi
Penyejuk hati ...



Minggu, 27 September 2015

Icha, ka dimane ...?

Assalamu'alaikum
Debu pasir kau rentas
Masjidil Harom telah di lewat
Mudzalifah telah pula bermalam.
Dimana kau kini Caaaa ...?
Bbm hanya centang.
Ka dimane Caaaa...?

Yaa Allah Swt
Selamatkan perjalanan hamba-hambaMu.
Berilah waktu.
Mereka telah menjunjung Titah.
Aaamiin




Hal yang ku khawatirkan tentang seorang yang Ica akhirnya berakhir dengan kegembiraan. Icha kembali dapat dihubungi pada hari Minggu 28 September 2015. Berita pertama didapat ketika seorang ibu ibu mengirim kabar via  inbox . Lau kubuka inbox Icha juga, dan paham akan isinya. Alhamdulillah Icha dalam lindungan Allah Swt, sudah kembali ke Maktab.


Kegembiraan ini bukan dibuat buat karena semua tau akan sebuah hal yang terjadi di Mina saat seluruh jemaah haji akan melontar jumroh aqobah.


Kamis, 24 September 2015

Di balik musibah ada janji dan pinta.

Assalamu'alaikum wrwb

Innalillahiwainnailahiroji'uun.
Ramai saat ini orang membicarakan masalah musibah musibah yang terjadi di Tanah Suci: dari musibah crane jafuh di Masjidil Harom hingga musibah di Mina petang tadi, yang bertepatan dengan hari raya Idhul Adha 11 Dzulhijjah 1436H atau 24 September 2015.

 Tidak sedikit yang mencemooh, bilang begini begitu, komentar miring, bilang ini itu sehendak hati, bahkan ada yang bersuka. 

Tanpa disadari dan acap kita dengar bahwa banyak yang meminta agar bila meninggal nanti maunya di Tanah Suci sana. Kita perhatikan, disetiap musim haji maka pasti pengantar saling bertangisan, berangkulan dengan caha baik dengan anggota keluarga maupun sanak family, sahabat, handai tolan dll baik saat masih disekitar rumah hingga tiba di bandra Dari moment itu seolah bicara akan " pertemuan terakhir antara hidup dan yang bernyawa ". 

Adapun masalah takdir, semua itu ketentuan Allah Swt tanpa bisa ditawar tawar lagi. Kejadian dimanapun hanyalah sebuah sebab, maut tak kenal kota atau negeri manapun termasuk di Arab Saudi.
Bila Malaikat Izroil telah mendapat perintah maka beliau segera melaksanakannya dengan sebaik mungkin.

Allah Swt memberikan ujian agar hamba- hambanya-Nya menjadi tabah dan ikhlas bila ia benar benar seorang yang beriman.

Firman Allah Ta'Allah:
Qs Al- Baqoroh: 155
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Demi sesungguhnya! Kami akan menguji kamu dengan sedikit perasaan takut (kepada musuh) dan (dengan merasai) kelaparan, dan (dengan berlakunya) kekurangan dari harta benda dan jiwa serta hasil tanaman. Dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar:

Qs Al Baqoroh 156.
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
Iaitu) orang-orang yang apabila mereka ditimpa oleh sesuatu kesusahan, mereka berkata: "Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali."

Mengapa Allah Ta'Allah sampaikan ayat diatas? Tak lain bahwa alam semesta beserta isinya ini hanyalah IA yang milik.

 Allah berfirman: Qs Ali Imraan (3) ayat 109
 وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ Kepunyaan Allahlah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan.

Sebagai Muslim ( Muslim artinya orang yang berserah diri kepada Allah Swt ). Sudah diniatkan agar segala sesuatunya wajib diserahkan kepada Sang Maha Pencipta.

Firman Allah Swt ; Qa Al-An'am 162
 قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ 
“Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Pemelihara alam semesta.“ 
( QS 6: 162).

Allah Swt berfirman juga di Surat-Nya yang lain sebagai penjelasan untuk dimengerti oleh anak cucu Adam agar manusia menjadi sadar sejak awal, yaitu:

 Qs al Mukminun: 115
 أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لاَ تُرْجَعُوْنَ
 "Apakah kalian mengira bahwa Kami menciptakan kalian hanya sia-sia dan mengira bahwa kalian tidak kembali kepada Kami?!" 
(QS 23: 115) 

Allah Swt kembali menyatakan yang pasti sebagai Hak-Nya sebab Allah Swt Pencipta manusia;
Qs Az Zumar ayat 30.
 إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ
“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)”..

Lalu, apakah janji Allah Swt kepada umat manusia agar mahluk yang DIA Ciptakan itu tidak tenggelam dalam urusan duniawi ? Jawabannya adalah:

Qs Ali Imraan ayat 185
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahala kalian”. 

Kemudian yang paling harus manusia pegang kuat kuat, musti didengar, dipatuhi, digenggam erat dan dijalankan dengan sebaik baiknya agar tidak beropsi macam macam, adalah sesuat yang sudah Allah Swt janjikan sejak dulu kala, yaitu Firman-Nya yang terdapat dalam:

Qs An-Nisaa ayat 78.
 أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
“Di mana pun kalian berada, kematian akan mendapatkan kalian, kendatipun kalian berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh” .

Allah swt menyatakan bahwa manusia dimuka bumi ini tidak mampu mengelak kematian :
Qs Al Jumu'ah ayat 8.
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kalian lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kalian, kemudian kalian akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia memberitahukan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan”. (Surat Al Jumu`ah: 8).

Maha Benar Allah SWT dangan segala Firman-Nya.

Bagi jemaah haji yang meninggal di sekitar Masjidil Harom maupun yang terjadi di Mina, maka pabila pernah berdu'a maupun meminta agar meninggal di Tanah Suci maka Allah Swt telah mendengar, menyampaikan dan telah diijabah du'a-du'a itu.

Maafkanlah kami Yaa Allah Swt
Ampunkanlah keluarga besar kami Yaa Allah Swt.
Ampunkan seluruh saudara saudari kami seukhwah dibalik negeri manapun.
Aamiin.

Wasaalamu'alaikum wrwb.


Muktamar terbesar dunia "ibadah Haji"

Assalamu'alaikum wrwb

Kemarin umat Islam sedunia telah meyelesaikan wukuf di padang Arafah, tepatnya pada tanggal 10 Dzulhijjah 1436 H/ 23 September 2015, para tamu ALLAH SWT hampir menyelesaikan rukun ibadah haji. 


Semua pasti iri ke Tanah Suci untuk berhaji, umroh, berziarah kemakam Rasulullah SAW, ke Jabal Rahmah tempat pertemuan nabi Adam As Dan Hawa.


Namun pernahkan mendengar bahwa ketika seseorang kita tanya mengapa belum mau melaksanakan ibadah haji yang padahal kehidupannya sudah sangat mapan? Lalu seseorang itu menjawab :" belum ada panggilan ". 

Maaf, jawaban itu salah, mengapa? Berhaji itu sudah lama di panggil atau diserukan oleh Allah Swt:


Firman Allah SWT di Qs Al-Hajj ayat 27-28.

وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ

“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak.” (QS. Al-Hajj: 27-28)


Qs Al- Hajj 27-28 diatas adalah Firman Allah Swt yang "meminta" kepada nabi Ibrahim As untuk memanggil insan2 dunia untuk berhaji dari sebuah bukit


Penting dan wajibnya berhaji ( apabila mampu), juga Allah Swt firmankan di 

Qs Ali Imraan :97

وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

Mengerjakan haji adalah kewajib manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” 

( Poto Kakbah kiriman Icha Safwa Babar yang kini sedang di Mudzalifah, insyaAllah jadi Hadjah mabrur).

Poto bawah, kiriman Ravelda Noviarini ( Ririn & Misua) saat di Masjidil Harom). InsyaAllah hadjah dan haji mabrur.



Jelaslah sudah bahwa kita telah di panggil untuk melaksanakan ibadah haji dari bukti bukti nyata dari Firman Allah Swt diatas.

Ibadah haji tak terlepas dari yang namanya qurban atau penyembilahan hewan qurban. ( Hal ini mengingatkan kita yang didasari dari kesetiaan nabi Allah Ibrahim As untuk memenuhi nazar beliau kepada Allah Swt, yaitu: menyembelih putranya Ismail As).

Hadits Rasulullah SAW tentang qurban: Hadits Jabir Radhiyallahu 'anhu

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ شَهِدْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْأَضْحَى بِالْمُصَلَّى فَلَمَّا قَضَى خُطْبَتَهُ نَزَلَ مِنْ مِنْبَرِهِ وَأُتِيَ بِكَبْشٍ فَذَبَحَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ وَقَالَ بِسْمِ اللَّهِ وَاللَّهُ أَكْبَرُ هَذَا عَنِّي وَعَمَّنْ لَمْ يُضَحِّ مِنْ أُمَّتِي
Diriwayatkan dari Jabir Radhiyallahu 'anhu , ia berkata: Aku ikut bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pada hari 'Idul Adha di Mushalla (lapangan tempat shalat). Setelah selesai khutbah, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam turun dari mimbar, lalu dibawakan kepadanya seekor kambing kibasy, lalu Rasulullah menyembelihnya dengan kedua tangannya seraya berkata,"Dengan menyebut nama Allah, Allahu akbar, ini adalah kurbanku dan kurban siapa saja dari umatku yang belum berkurban."
[ Sahih Abu Dawud dalam Sunan-nya (II/86), At Tirmidzi dalam Jami'-nya (1.141) dan Ahmad (14.308 dan 14.364 ].

Hadits diatas sesuai dengan penegasan Allah Swt, Qs Al Hasyir ayat 7 وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا" "Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah." (Al Hasyr: 7)

Dan Allah Ta’ala berfirman kepada nabi-Nya: Qs An Nahl 44:

 وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ  . Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan," ( Qs An Nahl 44)

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ "Maka dirikanlah shalat untuk Tuhanmu dan sembelihlah kurban (untuk-Nya).” (Al-Kautsar: 2)

Kemudian Firman Allah Ta'alla: قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. لا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ " Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, penyembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb Penguasa semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama berserah diri (kepada-Nya).” (Al-An’am: 162-163)

(  Sumber : Allah SWT, Qur'an online ).

Demikian yang dapat kami sampaikan.
Kebenaran, benar dan sangat benar maka semua itu adalah datang dari Allah SWT. Pabila terjadi kekeliruan/ kesalahan maka itu karena saya yang pribadi yang minim ilmu.

Selamat hari Raya Idhul Adha 11 Dzulhijjah 1436 H/ 24 September 2015.
Maaf lahir bathin.

Pengikut