Sejenak ku bertanya pada lelah.
Dimana cinta mengendap kala dirindukan?
Diatas angin terbang, dibawah usus bumikah?
Rindupun kian morat marit.
Hati bertubi menunggu pengakuan.
Tapi dimana jiwa meronta kala bathin mengais aksara aksara bungkam?
Dibawa bintang bintangkah atau layu di pancar kunang kunang?
Puisi2 itu dibuat menyapamu dari dinding kedinding.
Menempah kesyahduan .
Waa, indahnya bila ku mampu merakit kata.
Pasti akan ku buat untukmu seikat sajak.
Ku baca didepan matamu sebelum kau memakai maskara....
Bisakah aku menulis puisi cinta?
Tapi baiklah ku coba:
Dilambung malam wajahmu aku lamar.
Ku pinang senyummu itu dari sidang purnama.
Merah rona pipimu disangkar lesung pipit.
Terperangah aku tertikam kagum.
Mengapa aku bodoh mencintai orang anggun?
Jangan perduli para satria, tantama dan bintara.
Toleh aku saja dan diriku saja.
Lihatlah di lautan banyak kapal pesiar.
Didarat banyak kilang kilang minyak.
Punya aku kah? ( Tanda tanya).
Lihat saudagar2 keluar masuk rumahku.
Datang jauh2 & bermalam dihotel bintang melorot.
Dengan 1 tujuan;
Menawar berlian dan menagih hutang padaku.
Parah tidak?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar