🌍 CATATAN MENGENAI FITNAH INGGRIS DAN SYI'AH AKAN SEAKAN ADANYA KAUM WAHABI
Bismillah.
Dengan hormat.
Semoga menjadi rahmat.
Maaf, menyikapi perkembangan beberapa tahun ini, sampai tahun 1437/2015 ini, sungguh sayang sekali, salah satu kaum dan orang tersesat dan mungkin tertolol, bahkan terjahat dalam Islam atau dunia lain, adalah yang sampai benar-benar percaya bahwa golongan 'Wahabi' atau 'Wahhabi' itu benar-benar ada.
Padahal ini HANYALAH kesalahan-sebut kaum Inggris terhadap para murid dari mendiang ustadz, bernama:
Syaikh (tuan guru) MUHAMMAD bin 'Abdul Wahhab AT TAMIMI - Allah yaa Arhamu - dari Arabia Tengah (Saudi kini) yang terlanjur populer atau dipropagandakan saja. Dan kemudian ini dimanfaatkan Syi'ah untuk mengadu-domba.
Nama beliau, tentu saja adalah "Muhammad", dan bukannya "'Abdul Wahhab" atau bahkan "Wahhab".
Jadi nama sebenarnya, adalah "Muhammad At Tamimi". Alias bapak "Muhammad", dari keluarga/kabilah atau suku Arab "At Tamimi".
Dan keluarga "At Tamimi" ini sendiri banyak jumlahnya, di Nusantara RI, di Yaman, di Saudi, dll., serta in syaa Allah adalah keturunan keluarga "Bani Tamim" yang dihormati sejak dari masa Rosululloh shollollohu 'alaihi wasallam.
Nama "'Abdul Wahhab" yang diplesetkan ke - seakan "Wahhabi" itu - sendiri adalah nama AYAHNYA.
Dan nama "Wahhab" atau "Al Wahhab" sendiri adalah NAMA dari ALLAH (ASMAUL HUSNA).
"Al Wahhab" bukanlah namanya atau bapaknya, yakni yang - sekali lagi - adalah bernama 'Abdul Wahhab (artinya adalah Hamba dari ALLAH Al Wahhab).
Dan maka, lantas, adalah amat salah besar secara Tata Bahasa Arab dan amat lucu pula, jika sampai muridnya atau pengikutnya sampai dinamai "Wahhabi" atau "Wahabi" demikian.
Dan tidak ada pula orang Islam berilmu, sehat waras yang sampai berani memakai nama "WAHHAB", karena ini adalah nama ALLAH!
Jelas itu akan salah secara 'Aqidah jika sampai berani demikian, atau sampai MENYEBUT orang lain demikian, dan bahkan mengkonotasikannya jelek!
Padahal 'pengikut' petunjuk ALLAH AL WAHHAB tentu saja, adalah MUSLIMIIN terbaik! Seharusnya. Namun penyebutan macam ini tentu tak lazim.
Apalagi masih ada juga usaha menyamakan antara kelakuan 'Abdul Wahhab bin Rustum - seorang pemimpin kaum Khawarij, ekstrimis - yang hidup tak jauh sesudah masa Salafus Sholih alias sekitar 1.100-1.200 tahunan lalu DENGAN Syaikh Muhammad bin 'Abdul Wahhab at Tamimi itu - seorang ustadz Ahlus Sunnah Wal Jama'ah atau Salafiyyuun dari Arabia Tengah (kini menjadi Saudi Arabia setelah kekholifahan Turki hancur di tahun 1924 Masehi) biasa - yang hidup sekitar 800-900 tahunan setelahnya!
Ini adalah dua (2) orang yang berbeda, dan dua orang yang hidup di masa yang jauh berbeda ratusan tahun, dan mengajarkan hal yang berbeda!
Tapi ini disamarkan oleh para pemfitnah penuh kebohongan, untuk memecah Islam itu!
Maka tak mungkin pula ada golongan "Wahhabi" dst., kecuali orang tolol, jahil, tak cukup pengetahuannya, berniat merusak Islam, MENYEBUTNYA demikian! Dengan ia sadari atau tidak ia sadari!
Seharusnya, sebut saja pengikut Syaikh Muhammad At Tamimi itu dengan "Muhammadiyah".
Ini masih benar secara Tata Bahasa Arab. Dan di tafsir Ibnu Katsir, jelas disebutkan, bahwa para pengikut Rosululloh Muhammad - shollollohu 'alaihi wasallam - JUGA memang dapat disebut sebagai "Muhammadiyyah".
Dan sebutan ini kemudian dimanfaatkan seorang keturunan Ahlul Bait-keturunan Wali Songo (dari jalur Azmat Khan dari Al Hasan bin Ali) dan Raja-Raja Jowo, yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan - Allah yaa arhamu - untuk menamai organisasi massanya, menjadi "Muhammadiyah", hingga kini.
Jadi Muhammad At Tamimi (dan bani Tamimi atau Tamim ini banyak di mana2 juga di RI dan Malaysia), adalah seorang ustadz/syaikh Ahlus Sunnah wal Jama'ah biasa.
Beliau mengajarkan 'Aqidah, Ushuluddiin, Syari'ah, 'Adab, metode Fiqh dan lain-lain dari Al Qur'an, dari As Sunnah (Al Hadits), juga dari 4 madzhab, 4 Imam Hadits-Fiqh yakni Hanafi-Maliki-Syafi'i-Hanbali, seperti semua ahli lainnnya, namun beliau lebih senang memakai metode Fiqh Ahmad bin Hanbal, Imam Hanbali.
Apa anehnya, jika demikian, lantas?
Ahlus Sunnah mengakui dan boleh saja memakai keempatnya. Atau salah satunya.
Yang mana saja hasil ijtihad, fiqh, dari para Imam sesudah masa Salafush Sholih itu.
Silahkan saja.
Sementara Ushuluddiin, 'Aqidah, dll. dari semuanya mereka, sama.
Yakni Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Sunni. ISLAM.
Namun beliau - dan juga semua Syaikh Sunni yang cukup ilmunya - memang amat anti Syi'ah.
Hingga Syi'ah pun amat benci terhadap beliau dan para muridnya, hingga kini.
Dan memfitnahinya.
Seperti itu.
Apalagi di masa Perang Sunni-Syi'ah Internasional kini antara negara-negara Ahlus Sunnah wal Jama'ah (Sunni) yang dipimpin oleh Arab Saudi, dan diikuti oleh negara Ahlus Sunnah Wal Jama'ah lainnya macam Qatar, UEA, Bahrain, Oman, Kuwait, Sudan, Tunisia, Senegal, Maroko, Turki, Pakistan, Mesir, dst. sampai Malaysia dari Asia Tenggara, melawan Syi'ah Hutsi (Houti) yang mengkudeta kaum Sunni di Yaman, dan dibantu Iran!
Apakah semua negara-negara musuh Syi'ah itu, wahabi?
Apakah begitu bodohnya mereka sampai mau saja dikomandani Saudi yang dikesankan bukan Sunni tapi 'wahabi'? Malah dapat sampai dikesankan bukan Islam? Yang sebenarnya golongan "wahabi" atau "wahhabi" itu pun tak pernah ada pula?
Dan KESALAHAN SEBUT ini lalu dimanfaatkan SYI'AH untuk memecah adu-domba, seakan ini ada, dan aneh, salah, bahkan bukan Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Terutama di Indonesia!
Yang di RI ini dikarunia Sumber Daya Alam besar dan Sumber Daya Manusia banyak, namun masih banyak orang awwam agama.
Dan Syi'ah dan Kafiruun lainnya tentu saja menginginkan ini!
Apalagi di masa perang Sunni vs Syi'ah internasional kini! Untuk sumber pendukung perangnya!
Lihat saja kini, bagaimana cengkeraman Iran di masa pemerintahan Jokowi-JK kini terhadap itu?
Dan tentu saja - maaf - secara alami, secara mayoritas, kaum awwam ini juga banyak di NU.
Sementara mendiang Gus Dur - Allah yaa arhamu - amat terkenal dengan pernyataannya, bahwa memang sungguh banyak ritual khas NU, ternyata diambil dari ritual Syi'ah.
Bahkan beliau sampai berkata, lebih-kurang, "NU itu (seperti) Syi'ah tanpa Imamiyah." Namun tetap mengklaim dirinya sebagai Sunni, Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Sementara sebenarnya mengambil juga dasar 'Aqidah dari Asy'ariyyah, Maturidiyyah, ritual dan 'aqidah Sufi/Tasawuf, dan ritual Syi'ah.
Dan - maaf - NU kini agak berbeda dengan apa-apa wasiat mendiang pendirinya yakni Kyai Haji Hasyim Asy'ary - seorang keturunan Ahlul Bait/Wali Songo yang juga kawan dan saudara dari Kyai Haji Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah yang keduanya adalah Ahlul Bait - yang melarang Nahdliyyiin mengikuti Syi'ah, mengecam budaya peringatan dan makan-makan tahlilan hari kematian, mengharaamkan musik, dst., sebagaimana ada di Qanun beliau dan para pendiri NU di awal abad XX Masehi, tahun 1926. Muhammadiyah sendiri lahir di tahun 1914, Al 'Irsyad di tahun 1915, PERSIS di tahun 1923. NU adalah paling muda di antara mereka, namun massanya kiranya terbesar, terutama di kota kecil dan pedesaan yang banyak orang awwamnya.
Terutama sejak NU kini diketuai K. H. Said 'Aqil Siradj (SAS), yang banyak membuat pernyataan meresahkan masyarakat. Karenanya pula kini ada gerakan "NU Garis Lurus" dan usaha mengganti SAS itu.
Dan potensi pemanfaatan ini tentu amat disenangi kaum Syi'ah!
Padahal penyebutan "Wahabi" ini sendiri, sudah jelas, SALAH secara 'AQIDAH, TATA BAHASA ARAB dan SEJARAH (adapun penyebutan "Wahabi" di atas hanya agar kaum awwam mengerti saja).
Karena sesungguhnya mereka yang difitnahi demikian, adalah Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Dan terakhir memeriksa website Muhammadiyah, memang K. H. Ahmad Dahlan - Allah yaa Arhamu - juga belajar dari ajaran Syaikh Muhammad at Tamimi itu, selain ajaran para Syaikh lain, sesama Syaikh Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Dan sebagian orang mungkin pula melupakan bahwa Syaikh Ahmad Surkati al Anshori, murid dari murid Syaikh Muhammad at Tamimi - yang pengikutnya difitnahi sebagai Wahabi itu - juga adalah GURU dari para generasi pertama dari Ormas Islam RI:
- Muhammadiyah (didirikan pahlawan nasional KH. Ahmad Dahlan asal Jawa dan yang masih keturunan Ahlul Bait Nabi serta Bangsawan Jawa juga dan pribumi muslimiin)
- Al 'Irsyad (didirikan oleh para pionir pejuang RI keturunan Arab-Yaman dan pribumi muslimiin)
- Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia atau DDII (didirikan pahlawan nasional DR. M. Natsir asal Minangkabau dan pribumi muslimiin) yang lahir sesudah masa kemerdekaan RI.
- PERSIS (didirikan di Bandung oleh pribumi muslimiin)
Dan dari 4 besar Ormas Islam pionir RI ini - di luar NU yang jalur guru-gurunya cukup lain karena juga banyak mengakomodir ajaran Asy'ariyah, Maturidiyah, Sufi/Tasawuf, bahkan sebagian ritual Syi'ah, namun mengaku sebagai Ahlus Sunnah wal Jama'ah dan menganut Fiqh Madzhab Syafi'iyyah namun kini sayangnya kurang melaksanakan sebagian Fiqhnya - kemudian lahirlah juga Ormas Islam lain:
- Hidayatullah
- Al Shofwah
- Wahdah Islamiyah
- HASMI
Dll.
Dan ingatlah bahwa SEMUA pengikut kaum Salafush Sholih (kaum pendahulu yang salih) - yakni Rosululloh shollollohu 'alaihi wasallam dan para Nabi, lalu para Sahabat Nabi, Tabi'iinnya, dan Tabi'ut Tabi'iinnya - TENTU SAJA secara Tata Bahasa dan Sejarah serta 'Aqidah, disebut sebagai "Salafiyyuun" yang artinya "Pengikut kaum Salaf" atau disingkat saja sebagai "Salafi".
"Salafiyyuun" atau "Salafi" ini sendiri bukan organisasi. Bukan pula suatu golongan dalam Islam. Walau ada di manapun di dunia ini.
Karena semua Muslimiin HARI INI yang ingin jadi yang terbaik, selamat, tentu saja adalah disebut sebagai "Salafiyyuun", alias adalah "pengikut Kaum Salafush Sholih" itu.
Mereka Salafush Sholih, tentu saja adalah teladan, idola, dari kaum Muslimiin yang sehat waras.
Sampai kapanpun.
Sementara kaum Salafush Sholih itu sendiri dipuji dan dijamin Allah sebagai yang TERBAIK, di Al Qur'an dan Hadits, sampai kapanpun. Sampai KIAMAT.
Dan SEMUA Ormas Islam RI - selain NU kini - itu yang amat disiplin berpegang kepada Al Qur'an dan As Sunnah (Al Hadits) dan didirikan para Ahlul Bait, Ulama, pahlawan pejuang kemerdekaan RI, dan keturunannya, jelas TIDAK MELAKUKAN:
- Tahlilan peringatan hari kematian dan makan-makannya di hari-hari peringatan kematian orang yang kebiasaan ini, sisa kebiasaan ajaran Hindu Jawa Majapahit dan sebelumnya. Bahkan masih ada benang merahnya dengan Hindu Bali kini. Dan ini pun dikecam para pendiri NU di Muktamar NU I 1926 Masehi sebagai bid'ah yang tercela.
- Yaa Siinan malam Jum'at melainkan membaca QS Al Kahfi sebagaimana perintah di Hadits
- Nujuh Bulanan yang ini juga sisa ajaran Hindu Jawa
- Maulidan Nabi yang peringatan ini diciptakan Syi'ah Fathimiyyah, termasuk Maulid Ali, Maulid Fathimah, Maulid Hasan, Maulid Husain, Maulid Raja Mesir, dll.
- Qunutan, kecuali ada bahaya terhadap muslimiin
- suka sedikit-sedikit ke kuburan keramat dan cari barokah bahkan beribadah di sana
- Dll., yang konon 'ritual khas NU dan/atau Jawa'.
Maka kalau kaum Syi'ah yang MENYUSUP di NU - yang banyak kaum awwam bahkan buta huruf tak berpendidikan namun jumlahnya banyak - dan tempat lain itu mengata-ngatai Muslimiin, Ahlus Sunnah wal Jam'ah, Salafiyyuun, bahkan aneka Ormas Islam RI lain sebagai 'wahabi', dan diikuti kaum jahil, dengan segala fitnahnya, maka seharusnya mereka belajar dulu ini.
Supaya mulut mereka tak dirobek malaikat nanti.
Karena menambahi kekeruhan. Menjelang atau sudah di masa Al Malhamah Al Kubro atau Al Majiduun atau Armageddon atau Perang Terbesar Umat Manusia di Akhir Jaman ini yang membedakan antara kebenaran dan keburukan-kesalahan sebelum Kiamat.
Tertanda:
- Koordinator dan pengurus PAGI FB (Perkumpulan Administrator Grup Islam di FB) -
Dari sumber: https://m.facebook.com/groups/1027736050574449?view=permalink&id=1195174873830565&ref=m_notif¬if_t=group_activity
Tidak ada komentar:
Posting Komentar