Embun telah berpeluh setengah pinggang,
menyaksi gelinjing hati kala akan memukul resah.
Air matapun menulis pipi, sembab tanpa renyah.
Butiran bening mungiil itu pasrah tanpa membela diri ...
Memilin asuh mengenang ditinggal,
mengingat yang akan depertemukan
dilema ...
Nanti, empat jam lagi kisah akan mengubah laman.
Episode berangkai akan merenda cerita.
Yakh,setelah adzan Subuh menyangkar sisik langit...
Gikel ,
Dari jendela gerobak Nippon itu.
Palinglah muka ke arah timur disebelah kejora bermain layang layang.
Rembulan sedang tafakkur di pantun gulita.
Lihatlah, disana aku mengejar perjalananmu...
Lalu kita berpisah di ranting malam,
Dan bersua di depan do'a...
Sampai kembali lagi Gikel ....
Batam, 11 Juni 14.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar