Laman

Selasa, 26 Mei 2009

Bangka Belitung Selayang Pandang ,Diperantauan aku kini

Pulau pulau disekitar sangat indah,hamparan pasir putih bak kristal gula tersiram disepanjang semenanjung pantai dan mendekam mesra diantara kaki batu batu gunung yang gagah perkasa tegap memaku bibir pesisir.

"Cantik menawan indah rupawan" ataw "Pulau Kerinduan" , sangat pantas tanpa cela maupun cacat akan gelar ini dipersembahan,disemat (bila aku menjadi menteri pariwisata).Sungguh disana penuh nuansa yang sangat menakjubkan.Mengapa tidak,meski provinsi ini tergolong muda belia (terbentuk di 11 tahun silam,yang sebelumnya tergabung dalam provinsi Sumatera Selatan) tapi boleh dikata mapan dan tidak cengeng,sebab "sedari kecilnya" sudah terbiasa makan ubi,makan buah binjai (kemang),buah olek,rawo rawo,gaplek ataw sagaq, ubi tunu dan minum air berdaun mesimpor (telisoeng).

Seperti wilayah wilayah diseluruh bumi Indonesia,kepulauan ini pun tak lepas dari sejarah perjuangan.
Kepulauan Bangka Belitung, terutama Pulau Bangka,silih berganti menjadi daerah penaklukan oleh dua kerajaan,yakni kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.

Setelah kapitulasi dengan Belanda, Kepulauan Bangka Belitung menjadi daerah jajahan Inggris yang nama pulau itu diganti menjadi Duke of Island.
Pada tanggal 20 Mei 1812 Inggris angkat kaki dan mengakhiri segenap kekuasaannya.
Akan tetapi dari konvensi London 13 Agustus 1824, kembali terjadi perlalihan kekuasaan daerah jajahan Kepulauan Bangka Belitung antara MH Court pihak Inggris dengan K Hcyes Belanda , di Mentok pada tanggal 10 Desember 1816.Bangka Belitug kala itu bak terlepas dari mulut buaya,masuk sarang harimau!

Masuknya penjajah Belanda disambut sengit oleh pasukan Depati Bahren dan putranya Depati Amir serta cucunya Panglima Hamzah ,1849-1851.
Kekalahan Depati Amir menyebabkan anak bupati keresidenan Sungailiat itu ditangkap bersama putranya Panglima Hamzah,dan dibuang ke Kupang.
Depati Amir,pahlawan asal Bangka itu meninggal dipengasingan dan dikebumikan di desa Airmata Kupang,Nusa Tenggara Timu pada tahun 1852.

@Bersambung...(jika ada waktu,semoga)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar